Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biar Ada Harimau di Ruangan Itu, Saya Tetap Masuk!

6 Mei 2023   20:07 Diperbarui: 6 Mei 2023   20:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Halo Kompasianer! Bagi Anda yang sedang mengerjakan skripsi atau selangkah lagi menuju ke sana. Di sini, saya berbagi pengalaman singkat saat mengerjakan skripsi.

Setiap mahasiswa pastinya akan diperhadapkan dengan skripsi/tugas akhir untuk menyelesaikan studi. Dan setiap mahasiswa pastinya melewati berbagai kesulitan, tapi tenang mengerjakan skripsi itu adalah sebuah kesempatan untuk mengukir kisah dan mengenal kemampuan kita, sejauh mana ilmu kita dan mengenal kualitas kita dalam hal tulis menulis.

Sebelum ke sana saya sedikit berbagi pengalaman awal masuk kuliah hingga menuju ke meja hijau sebab ini yang menjadi motivasi saya sehingga dapat menyelesaikan studi.

Tahun 2015 saya mulai masuk di bangku kuliah. Tekad saya dalam menyelesaikan studi selama 4 tahun sehingga setiap mata kuliah tak pernah tertinggal (kontrak ulang). Tentu ada sebuah alasan. Dan setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda.

Alasan saya adalah orang tua. Dan motivasi juga sering timbul ketika saya mulai merasa jenuh dengan perkuliahan, saya berusaha mengalihkan pikiranku pada orang tua atau mengingat perjuangan orang tua. Sehingga 3,5 tahun semua mata kuliah saya selesai.

Saya masih ingat dan membekas dalam ingatan adalah ucapan ayah melalui telepon, "kalian (maksudnya saya dan adik saya) putus kuliah jikalau pengusaha tidak lagi membeli kopra." Karena memang selama kuliah orang tua mengharapkan penghasilan dari kopra.

Kurang lebih dua tahun menjalani pendidikan saya di perguruan tinggi, harga kopra anjlok di tambahnya lagi akses laut Tobelo-Manado (untuk mengirim bahan makanan seperti beras, ubi, dan lain-lain tidak bisa dikirim oleh orang tua. Sehingga, semua kebutuhan diuangkan. Sementara harga kopra anjlok, tentu tidak cukup untuk memenuhi perkuliahan dan kebutuhan sehari-hari.

Di sini, orang tua harus putar otak untuk mencukupi kebutuhan rumahtangga dan kebutuhan kami berdua di Manado sehingga ibu pun harus turun tangan membantu ayah dengan jualan pisang dan lain sebagainya ke Tobelo.

Selain itu, ayah harus banting tulang lebih keras lagi yaitu menukar tenaga dengan pengusaha kopra dengan upah bagi hasil. Dan hasilnya pun hanya cukup membeli beras kurang lebih empat sampai lima hari. Sebab hasil dari upanya itu dibagi dengan kebutuhan kami dalam bangku kuliah.

Dengan upah 1 juta tentu tidak cukup sebab biaya kosan sebulan 600 ribu belum lagi kebutuhan makan kami, fotocopy tugas dari kampus. Karena penghasilan orang tua seadanya kami berdua (saya dan adik saya) dituntut berhemat.

Dan selama kuliah orang tua mengirimkan uang berkisaran 650 hingga 700 ribu. Jadi dipotong 600 ribu untuk bayar kosan sisanya 50 atau 100 ribu biaya kami sebulan. Tentu itu tidak cukup kami berdua harus putar otak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun