Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Kota dan Desa: Menilik Kehidupan Bertetangga

17 Oktober 2022   16:32 Diperbarui: 17 Oktober 2022   16:36 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua orang pasti hidup bertetangga baik di desa maupun di kota. "Tetapi tidak semua orang bertetangga hidup rukun dan harmonis."

Hidup bertetangga di pedesaan berbeda dengan di perkotaan. Mengapa? "Orang yang hidup di perkotaan, tingkat individualistis lebih tinggi dibandingkan dengan mereka hidup di pedesaan."

Di perkotaan mereka juga hidup bertetangga tetapi hanya satu atau dua rumah saja mereka saling mengenal bahkan ada yang "tidak saling kenal." Ada juga saling kenal tapi hanya di waktu arisan (seperti ibu-ibu) itu pun "terkadang tidak akur."

Kalau di desa mengenal tetangga bukan hanya satu atau dua rumah tetapi sekampung mereka kenal dan itu masih bisa di jumpai di pedesaan seperti di desaku.

Penyebab dari hidup individualis di perkotaan karena penduduknya beragam macam latar belakang budaya dan penduduknya pun padat. Di desa sendiri, tidak sepadat penduduk kota. Juga, ketersedian kebutuhan pun "mudah."

Sehingga, masyarakat perkotaan dalam memenuhi (ketersediaan) kebutuhan sehari-hari hari mereka dapatkan dari warung atau toko dan pasar. Dan itu dibeli (tidak dikasih secara cuma-cuma). Misalkan, beras, ubi, sayur mayur, pisang dan lain sebagainya serba uang.

Jadi, salahkah mereka "tidak saling mengenal dengan tetangganya atau tidak saling pinjam makanan?" Tidak juga. Sebab, kebutuhan dalam rumahtangga pun "pas-pasan tidak mungkin dibagikan ke tetangga."

Sedangkan masyarakat yang hidup di pedesaan sendiri "jauh lebih mudah" dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga. Mengapa? Batang ubi di lemparkan di sekitar halaman rumah saja bisa tumbuh.

Jadi masih sangat mudah saling "pinjam" nasi atau kebutuhan lainnya bahkan tetangga memberinya dengan sukarela. Tidak seperti di perkotaan yang rumahnya berdekatan, bahkan sebelah dinding rumah mereka jadi satu seperti kos-kosan dua kamar diberi pembatas tembok pada setiap kamar. Maka tidak mungkin mereka menanam ubi, pisang dan sebagainya.

Tentu, di kota ada juga yang saling memberi makanan dengan "cuma-cuma" tetapi jarang kita temukan, tidak seperti di desa.

Dan di desa lebih mudah menolong tetangga tanpa pamrih. Mereka menolong dengan tulus, misalkan, ketika sakit yang pertama datang menjenguk atau memberikan pertolongan adalah tetangga bukan saudara (kerabat). Dan ini agak sulit kita jumpai di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun