Mohon tunggu...
Sabarniaty Saragih
Sabarniaty Saragih Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Tampil apa adanya dan selalu berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Benci Semua Lelaki (Bagian 3)

16 Agustus 2020   07:15 Diperbarui: 16 Agustus 2020   08:16 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Berbeda dengan persiapan pernikahanku yang pernah gagal, kali ini benar-benar sempurna. Kedua belah pihak tampak bahagia dan bangga dengan pernikahan ini. Demikian juga Mira sepupuku, dia datang walau tanpa Anwar suaminya. Entah benar atau tidak tapi alasan ketidakhadiran Anwar karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.Pesta pernikahan ini benar-benar membuatku bahagia. Banyak orang yang mengatakan kami adalah pasangan sempurna. Aku sangat bersyukur setelah melewati masalah yang kompleks akhirnya aku menikah atas dasar cinta dan restu orang tua.

Pasca menikah kami langsung tinggal terpisah dengan orangtua. Awalnya kami ingin tinggal di apartemen yang sudah lama aku beli tapi ternyata
mertuaku telah menyiapkan sebuah rumah untuk kami sebagai hadiah pernikahan.

Kebahagiaan kami semakin lengkap mendengar kabar kehamilanku di usia pernikahan kami yang masih berumur 3 bulan. Juan dan mertuaku semakin memperhatikanku.

"Hon, aku keluar sebentar ya. Ketemu teman kuliah. Dia baru balik dari Australia", katanya suatu sore di hari Sabtu. Aku memang mendengarnya baru berbicara di telepon.

"Cewek atau cowok?", tanyaku dengan nada sedikit cemburu. Mungkin bawaan ibu hamil jadi lebih sensitif.

"Haha...cemburu ya? Cowok, namanya Ricky", katanya menggoda sambil mengusap perutku.

Malam itu dia pulang jam 2 pagi dan sedikit mabuk. Pikirku tidak apa-apa, mungkin tadi malam mereka bersenang-senang setelah lama tak bertemu. Keesokan harinya dia meminta maaf karena sempat membuatku kuatir. Dia bercerita tentang pertemuan dengan tan-temannya tadi malam. Aku tidak begitu mengenal teman-temannya,hanya sesekali Juan menceritakan mereka.

Beberapa hari kemudian dia mengatakan pulang agak malam karena nongkrong dulu sehabis jam kantor. Setelahnya dia menjadi sering pulang malam. Aku mulai protes tapi dia meyakinkanku kalau dia cuma bersantai sejenak melepas penat atas pekerjaan.

Sore itu kami periksa kehamilan, usia kehamilanku sudah 16 Minggu. Rasanya tidak sabar ingin cepat-cepat tahu jenis kelaminnya. Tapi kata dokter belum kelihatan. Kami berdua sangat bahagia.Tiba-tiba ponselnya berdering dan aku mendengar dia mengatakan tidak bisa datang kongkow karena sedang menemaniku ke dokter. Aku tersenyum senang karena ternyata dia lebih memilih menemaniku dibanding bersenang-senang dengan temannya.

Sejak kedatangan temannya yang dari Australia, dia jadi sering keluar malam. Kadang hanya beberapa jam, kadang sampai menjelang subuh baru pulang. Aku mulai kesal. Kami mulai sering berantem.

Pagi itu aku sedang sarapan di meja makan, Juan masih tidur karena tadi malam dia pulang jam 2 pagi. Dari tempatku sarapan kulihat si Bibi, asisten rumah tangga kami yang sudah tua, mengambil sesuatu dari kantong celana suamiku yang akan dicuci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun