Pernah nggak sih kamu berada di titik di mana tugas-tugas kuliah menumpuk, tenggat waktu sudah mepet, tapi kamu malah rebahan dan ketiduran? Kalau jawabannya iya, tenang, kamu nggak sendirian. Banyak mahasiswa yang pernah (atau sering) mengalami hal serupa. Dan anehnya, meski tahu tugasnya belum selesai, tidur di tengah tumpukan deadline itu rasanya... nikmat banget.
Malam-malam menjelang deadline sering kali jadi waktu paling sibuk sekaligus paling chaos buat mahasiswa. Ada yang sibuk mengetik dengan kopi di tangan, ada yang masih nyari bahan sambil panik, dan ada juga sebagian dari diri kita yang justru menyerah pada kantuk dan lebih memilih tidur di tengah tumpukan kertas atau layar laptop yang belum dimatikan.Â
Padahal setiap mengerjakan tugas, udah nyiapin segelas kopi biar ga ngantuk. Tapi si mata malah tiba - tiba merem sendiri, kepala mengangguk - angguk, dan tangan malah jadi kemana - mana memencet huruf huruf secara acak. Tidur saat tugas belum selesai ibarat guilty pleasure. Kita tahu itu salah, tapi rasanya terlalu menggoda untuk dihindari. Apalagi setelah seharian kuliah, rapat organisasi, dan berbagai aktivitas lain yang menyita energi. Tubuh sudah lelah, otak udah nge-blank, dan satu - satunya hal yang terasa logis adalah... tidur sejenak. "Lima menit aja," katanya. Tapi tahu - tahu, bangun sudah jam tiga pagi dengan panik dan perasaan campur aduk.
Tidur dalam situasi seperti ini memang membawa rasa bersalah, tapi juga membawa ketenangan sesaat. Bahkan sering kali, setelah bangun dari tidur singkat itu, kita merasa lebih segar dan bisa berpikir lebih jernih. Ya, kadang justru ide-ide terbaik muncul setelah istirahat sebentar. Tapi jangan salah kaprah, ini bukan pembenaran untuk selalu tidur saat dikejar tugas.
Kebiasaan tidur di tengah deadline yang mepet sebenarnya bisa jadi alarm bahwa kita kelelahan atau butuh manajemen waktu yang lebih baik. Tugas yang ditunda-tunda, ditambah tekanan waktu, sering kali membuat tubuh dan pikiran kewalahan. Akhirnya, tidur jadi satu - satunya bentuk pelarian. Padahal, kalau bisa mengatur waktu lebih awal dan membagi tugas dalam beberapa tahap kecil, tidur bisa terlaksana dengan tenang tanpa rasa bersalah.
Ada juga sisi lain dari tidur saat tugas menumpuk, yaitu kadang bakal jadi awal dari kemalasan yang berkepanjangan. Awalnya cuma niat tidur sebentar, tapi karena tubuh sudah terlalu nyaman dan otak merasa "ah, besok masih bisa", akhirnya keterusan. Tugas pun jadi terbengkalai, stres makin menumpuk, dan akhirnya kita masuk ke siklus "tugas menumpuk - panik - tidur - stres - ulangi". Karena itu, penting untuk menyadari kapan tubuh memang butuh istirahat dan kapan kita cuma mencari alasan untuk lari dari tanggung jawab. Tidur itu penting, tapi jangan sampai jadi pelarian dari tanggung jawab.
Kalau kamu sudah terlalu lelah, nggak apa-apa kok tidur dulu. Tapi pas bangun, pastikan kamu balik lagi ke medan perang tugasmu. Nggak usah nunggu semangat datang dari langit. Cukup mulai saja. Tulis satu kalimat, baca satu halaman, atau buka satu file. Lakukan satu hal kecil, dan biasanya dari sana akan muncul aliran semangat berikutnya.
Nikmatnya tidur di tengah tugas menumpuk memang nyata, tapi lebih nikmat lagi adalah saat kamu bisa menyelesaikan semua tugasmu dan tidur dengan damai tanpa beban. Jadi, jangan jadikan kasur sebagai tempat pelarian utama. Jangan biarkan selimut menarikmu lebih kuat dari tanggung jawab. Istirahat boleh, tapi jangan sampai tenggelam dalam kapuk kemalasan.
Bahkan dari pengalaman diriku sendiri, numpuk tugas itu ga enak sama sekali. Nikmatnya di awal doang, pas waktu tidur dan bilang "ah, besok juga bisa". Tapi akhirnya malah stress sendiri. Dan yakinlah kalian, bahwasannya aku sendiri saat menulis ini juga penuh penyesalan karena menunda tugas. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar jangan sampai menunda tugas hingga numpuk di akhir deadline. Semoga kedepannya ga akan aku dan kamu ulangi lagi kejadian seperti ini.