Tuhan
Kutahu Kau punya telinga 'tuk mendengar suara umat-Mu
Namun Kau punya dua mata maha terang 'tuk melihat goresan pena bergerak di atas kertasku
Aku berdialog dengan-Mu meski secara kasat mata Kau tak terlihat
Kertas usang ini mengisahkan segala letih, perih dan rintih
Juga menanya, "Apakah masa depan itu nyata bagi-Mu?"
Tolong singkapkan sedikit saja rahasia-Mu pada umat yang Kau kasihi
Berkeinginan dan bertanya sepanjang embus napas masih ada, "Untuk apa aku hidup?"
Lalu, "Apa yang kulakukan ini sudah s'turut dengan mau-Mu?"
"Atau, aku hanya menjatuhkan hidupku dalam kesia-siaan berkesinambungan?"
 Coba koreksi Buku Kehidupan di akhirat sana
Berapa taatku dan berapa lalaiku
Biar hidup ini kuabdikan menebus segala lalai karena dosa mendarah daging
Atau sempurna, seturut dan semau laku dan tindakku di hadapan altar-Mu?
Oh aku hanya manusia beraneka paradoks dan antitesa
Aku hanya melaksanakan hidup sebagaimana aku dilahirkan tanpa bisa memilih
siapa yang melahirkanku dan bagaimana aku lahir
Tapi berkehendaklah kuasa-Mu ajaib dan maha baik
Agar manusia sepertiku pandai bersyukur
Jangan biarkan kenaifan membawaku pada titik nadir
yang membuatku bilang bahwa, "Kau tak adil."
Mainkanlah simponi indah perlambang estetika dan romantika hidup
Inilah Tuhan surat untuk-Mu
Kumohon baca penuh sadar...
Â
Pematangsiantar, 25 April 2018