“Apa yang terjadi?” Donni juga terheran-heran. Gembok yang mengunci tangannya sudah terbuka namun tali tambang masih mengikat kencang tubuhnya. Donni melihat Lina sudah mulai mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali.
“A-a-apa yang terjadi anakku?” tanya ibu Hesty terbata-bata. Bola mata sosok perempuan itu merah menyala. Pandangannya liar seakan-akan ingin menerkam apa yang berada di hadapannya. Deru nafasnya begitu berat. Ia menggeram dengan suara tercekat.
“Iiiibbbuuuuuuu!!!” sosok itu meraung hebat. Air mukanya menjadi lebih beringas dan kejam. Kali ini, sosok itu benar-benar tampak mengerikan. Ia mengubah dirinya menjadi segumpal kabut hitam lalu menebus tubuh kasar ibu Hesty.
Perubahan mengerikan tampak nyata dalam diri ibu Hesty. Wajahnya yang sepucat tisu, tertutupi rambut panjangnya. Sorot matanya tajam dan mematikan. Kornea matanya memutih. Rahangnya kaku menegang. Genggamannya mengencang pada pisau dapur yang dipegangnya.
“Ma...ti!” Bola matanya tertuju pada Donni yang masih terikat tali tambang.
Ibu Hesty mempercepat langkahnya menuju Donni. Tak seperti ibu Hesty yang dilihatnya sewaktu menyambutnya di ruang tamu. Sosok itu benar-benar sudah mengambil alih tubuh dan pikiran ibu Hesty. Dan sekarang, dari mulutnya, dia mengeluarkan desisan-desisan halus bercampur dengan ceracau yang tak jelas.
“Ini gawat!” Donni tergesa-gesa melonggarkan ikatan tali yang menjerat tubuhnya. Sebelum tali yang menjeratnya terlepas, ibu Hesty tiba di hadapannya.
Tali itu tak kunjung lepas. Ibu Hesty menyeringai penuh kemenangan. Kedua tangannya sudah menggenggam pisau yang terhunus di depan mata Donni. Ia hanya mendelik lebar. Arah mata pisau yang berkilap itu menukik, siap menghunjam keningnya.
Dalam posisi setengah berdiri, Lina berhasil menangkis serangan ibu Hesty dengan menolakkan kedua telapak tangannya mengenai dada ibu Hesty. Tubuh ibu Hesty terpelanting jauh. Bagian belakang kepalanya mengenai dinding beton. Meskipun dirinya sedang dirasuki, ibu Hesty masih merasakan tempurung kepalanya bergetar. Pandangannya berkunang-kunang. Tapi, sosok itu terus memaksanya untuk terus bangkit.
“Cepat Donni. Selagi ada lilin yang menyala, bakar tali yang mengikatmu.” seru Lina. Ia masih berdiri menghadang ibu Hesty yang sudah bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya.
Donni menyeret-nyeret perutnya ke arah lilin yang menyala. Api yang berkobar liar, cukup menghanguskan tali tambang yang tak terlalu tebal pilinannya.