“Oh ya, walaupun sudah berlalu dua tahun, rasa sakit karena kehilangan putri kesayanganku membuatku makin merana. Apalagi, dia selalu datang ke mimpiku dengan wajah penuh kemalangan dan kesedihan. Aku selalu menangis jika membayangkan hal itu.”
“Suatu hari, aku anakku datang lagi dalam mimpiku. Ia menyuruhku, menjahit sebuah boneka sebagai media pemanggilan arwah sekaligus penyegelan jiwa-jiwa yang ditumbalkan. Semakin banyak jiwa yang ditumbalkan, akan membuatnya semakin kuat menempati raga yang dipilihnya. Sekarang, dia sedang merasuk ke dalam raga anak ini. Dan jika anakku sudah berhasil mengambil alih raganya, roh perempuan ini akan tersegel dalam bonekauntuk selamanya, hahaha!” ibu Hesty tertawa jahat, menyadari rencananya akan segera terwujud.
Donni mengetahui bahaya besar akan menimpa nyawa temannya. Donni berteriak sekuat tenaga membangunkan Lina, tapi ia masih saja tertidur. Kelopak matanya mengatup erat seolah dia berada dalam kondisi tidur yang begitu dalam.
Kondisi Lina tak jauh beda dengan Donni. Ia tak bisa berkutik di tangan makhluk itu. Makhluk itu mencekik kuat lehernya hingga membuatnya napasnya tersendat-sendat.
“Pergilah! Ini tubuhku!” hardikan makhluk itu meremangkan bulu kuduk Lina.
Makhluk itu menatap geram ke arah Lina. Ia menyunggingkan seringai lebar menyeramkan yang membuat pertahanan Lina kian mengendur.
“Menyerahlah, maka aku akan membiarkan kau hidup dan kau bisa melihat teman-temanmu.”
Kini, untuk mengangkat jari-jarinya ia sudah sangat kesulitan. Ia mulai merasakan urat nadi di lehernya mati rasa. Terlintas di pikirannya untuk menyerah dan membiarkan makhluk itu menguasai raganya.
“LINA! LINA! KAU DENGAR AKU? BANGUNLAH LINA! KAU TAKKAN MUNGKIN KALAH!” pekik Donni sekuat-kuatnya berharap Lina bisa mendengarnya. Ia melihat gumpalan asap hitam mengepul dari rahang mulut Lina yang menganga.
Lina bisa mendengarnya. Sekilas, teriakan itu menyebut-nyebut namanya—itu Donni—ya Donni. Ia berusaha mengerak-gerakkan satu jarinya tapi makhluk itu semakin menguatkan cengkramannya di leher Lina.
“Lina!”