Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 8

26 Februari 2016   18:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   18:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

   “Dia pingsan sejak tadi malam dan sekarang dia belum sadarkan diri... Apakah kau sudah dapat petunjuk?” ujar Donni lemah.

   “Kau akan tahu jika kau datang ke rumahku.”

  “Kalau begitu tunggu aku di rumahmu, aku akan datang kira-kira dua jam lagi.” tutup Donni sambil mengencangkan tarikan gas, menjauhi rumah Lina.

Sebelum meninggalkan rumah Lina, Donni mengencangkan resleting dan tali kerudung jaketnya. Untung saja makhluk itu belum membunuh Lina. Ia masih bisa bertahan meskipun kondisinya belum sadar sampai sekarang. Ia ingat saat Lina menanyakan padanya dari mana ia mendapatkan boneka itu. Juga, ia sempat menyenggaknya saat Lina mengatakan bahwa ia melihat ada sosok lain berada di rumah kosong tempat mereka bermain jelangkung.

 Awalnya ia bersikap sinis pada Lina—seorang gadis eksentrik yang penakut itu, kini tengah membayangi pikiran dan hatinya. Ia juga tak memungkiri melalui teror ini, Donni mulai mengetahui Lina mempunyai solidaritas tinggi dan tentunya, ia semakin punya kesempatan untuk mendekatinya.

Donni memutar kunci ke kiri. Mesin sepeda motor mati. Ia memutar kaki kanannya, meletakkan pijakannya di sebuah pelataran rumah yang terdapat dua kandang ayam siam dan dua sangkar burung pipit tergantung di atas asbes putih.

“Baru pulang, nak?” ayahnya Donni mengalihkan pandangannya sebentar ke arah anaknya yang bergegas ke rumah. Tangan kirinya masih memegang selang yang mengucurkan air untuk membersihkan kandang ayam.

“Iya, ayah.” jawab Donni singkat tanpa memalingkan pandangannya pada ayahnya.

Donni mendorong pintu dengan dadanya. Pintu terbuka lebar. Di ruang tamu, ibunya sedang fokus menyaksikan sinetron yang menjadi kesukaannya.

“Kamu habis dari mana, nak? Sudah jam empat sore, kamu baru pulang ke rumah,” tegur ibunya sembari mengalihkan pandangan kepada anaknya.

“Tadi, aku ikut menjenguk teman sekelas yang sakit dan rumahnya jauh pula. Jadi, kami pulangnya agak lama.” karang Donni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun