Bulan, sanggupkah kau meredam gejolak resahku kini, karena matahari telah menyembunyikan secercah sinarnya.
Bulan, matahari menderaku tanpa menyelisik jauh ke ceruk jiwa. Bahwa ku tetap insan biasa menggenggam arti untuk dunia.
Bulan, nelangsa hati kini bergelayutan di bilik pilu, karena matahari telah merampas hak-hakku sebagai rakyat jelata.
Bulan, meski kutertatih memapah diri, tetap ku memilih wujudmu untuk sandarkan lelahku sejenak di dunia fana ini.
(Catatan langit, 2 Mei 2019)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!