Ada orang sebelum lahir, ia sudah kaya. Masa depannya sudah bisa ditebak. Karenanya ia tak perlu lagi banting tulang.
Tak perlu memeras keringat. Semuanya sudah tersaji, warisan keluarga bisa hidupi hingga tujuh turunan.
Sementara ada orang, masih dalam rahim ibunya, ia sudah bisa dipastikan, akan terlahir disambut oleh dekapan kemiskinan.
Untuk bebas dari lingkaran kesusahan, ia perlu tumpahkan keringat, berjuang sekuat tenaga, hingga keadaan berubah.
Satu sisi itu tak adil, kan ?
Apalagi jika kekayaan yang ia nikmati tak pantas ia dapatkan. Dan kemiskinan yang ia cicipi juga tak pantas ia dapatkan.
Tentu aku tak akan menyalahkan mereka yang pantas kaya dan miskin. Pun tak akan menyalahkan Tuhan.
(Catatan langit, 17/03/19)