Mohon tunggu...
Arman Sagan
Arman Sagan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pengamat Kehidupan, Abdi Negara, Petugas Pemasyarakatan

Karena ku ingin menulis maka aku menyimpan kata, menaruhnya rapih di almari benak, tuk kelak menumpahkannya lewat aksara yang berbaris, ber'shaf, berlapis, dan kuharap bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Greenland", Siapa kita di Depan Kematian?

25 November 2020   21:36 Diperbarui: 25 November 2020   22:01 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Greenland | rottentomatoes.com

Apa yang akan kita lakukan bila bayangan kematian begitu dekat di depan mata?

Prolog

Clarke, sebuah komet besar yang muncul dari tata surya lain, melintasi Bumi, masyarakat dunia menunggu dengan antusias bersiap menyaksikan fenomena benda langit yang begitu dekat sehingga akan terlihat jelas di angkasa.

Sementara itu di Atlanta, Georgia Amerika Serikat. John Alan Garrity (Gerard Butler) seorang insinyur struktur bangunan sedang mempersiapkan pesta ulang tahun anaknya yang ke-7, saat sebuah pesan masuk ke ponselnya disusul telepon dari Homeland Security yang memberikan perintah bagi ia dan keluarga untuk relokasi ke tempat penampungan darurat.

Suasana bertambah tegang, saat iring-iringan kendaraan milter melintas di jalan raya disertai puluhan pesawat militer mengudara bersama-sama.

Saat yang dinantikan tiba, warga menunggu di depan tv menyaksikan siaran langsung pecahan pertama komet Clarke yang akan memasuki atmosfer dan diperkirakan jatuh di Laut Bermuda. Namun semua segera berubah menjadi mimpi buruk, saat stasiun TV menyiarkan bahwa pecahan komet sebesar stasiun sepakbola baru saja menabrak Florida, menghanguskan kota Tampa dan mengirimkan gelombang kejut sejauh 1500 mil.

Review Greenland

Tema Apokaliptik atau Kiamat sudah berulang kali diangkat sebagai cerita film, dari mulai Armageddon dan Deep Impact di tahun 1998, Day After Tomorrow yang bercerita tentang dampak pemanasan global, hingga 2012 yang terinspirasi dari ramalan (gagal) tentang akhir dunia. 

Tema ini menjadi menarik, karena memang bukan isapan jempol belaka. Ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, menemukan fakta bahwa Bumi pernah mengalami setidaknya 5 kali kepunahan massal, dari mulai jaman Ordovician sekitar 447 juta tahun yang lalu, hingga paling terakhir 66 juta tahun lalu, yang melenyapkan dinosaurus dari muka bumi.

Hampir mirip dengan plot film 2012, dalam Greenland, Pemerintah berbagai negara secara rahasia berinisiatif mengevakuasi orang-orang terpilih (berdasarkan profesi dan keahlian) ke dalam tempat perlindungan dan menyisakan yang tidak terpilih berjuang sendiri menghadapi kematian. 

Pengorbanan yang teramat besar namun diperlukan guna memastikan umat manusia tetap bertahan. Upaya ini menjadi kacau saat informasinya bocor ke media massa. Ribuan orang berbondong-bondong menyerbu markas militer tempat evakuasi dilakukan. Masyarakat terpecah, mereka yang tidak terpilih merasa diperlakukan tidak adil dan menuntut diselamatkan.

Greenland menjadi kerjasama yang kesekian kalinya antara sutradara Ric Roman Waugh dengan Gerard Butler, setelah sebelumnya sukses dengan Angel Has Fallen. Gerard Butler yang disini juga bertindak sebagai produser kembali menyuguhkan drama action thriller yang menarik.

Dari segi cerita, film yang naskahnya ditulis oleh Chris Sparling ini, tidak terlalu istimewa, dengan plot yang cenderung standar, begitu pula akting para pemainnya tergolong biasa walau tidak bisa dibilang jelek. Beberapa adegan malah terlihat seperti pelengkap tidak selaras dengan adegan lain, meski tidak menganggu alur film.

Walau begitu secara keseluruhan penyajian film terbilang apik, penonton dibawa ke dalam nuansa tegang dan atmosfer ketidakpastian yang telah dibangun sejak adegan pertama dan terus berlanjut hingga adegan terakhir, meski diselingi dengan beberapa dialog yang terkesan keluar dari tema utama, tapi perlu untuk memperkuat cerita. Dengan special efek yang tidak terlalu banyak tapi cukup untuk mendukung cerita, film ini benar-benar fokus pada kisah orang biasa dalam situasi yang sangat luar biasa.

Meskipun alurnya terasa lambat, tapi drama yang disuguhkan cukup menyentuh dan meninggalkan kesan yang berbeda dengan film-film bencana lainnya.

Cerita film fokus pada perjuangan sebuah keluarga yang dipilih oleh pemerintah untuk dievakuasi namun akhirnya ditolak karena kondisi medis sang anak yang mengidap diabetes. Terpisah di tengah kepanikan massa, keluarga ini berjuang untuk kembali bersatu, dan menyelamatkan diri dari musibah kepunahan massal.

Berbeda dengan film bencana lainnya, Greenland lebih banyak menampilkan sisi kemanusiaan dari cara orang dalam menghadapi bencana alam terbesar dalam hidup mereka. Bagaimana sifat terburuk manusia yang melakukan segala cara untuk bertahan hidup, berbanding terbalik dengan sifat beberapa orang yang rela menghabiskan sisa hidup mereka demi menjamin keselamatan yang lain.

Perkembangan karakter tokoh utama tak lepas dari dinamika sifat manusia, dari seorang yang hanya peduli pada keselamatan keluarganya hingga sampai pada titik terendah dalam hidupnya, menjadi seorang yang rela menembus lalapan api demi menyelamatkan orang asing yang terperangkap dalam mobil terbakar.

Film ini berkali-kali menampilkan respon seseorang dalam menghadapi akhir hidupnya, ada yang panik, marah, kecewa, ada yang berusaha sekuat tenaga untuk bertahan, tapi ada pula sekelompok orang yang memilih untuk berpesta di atap gedung sambil mengolok-olok komet yang akan mengambil nyawa mereka. 

Di sisi lain ada kisah para prajurit yang dengan sukarela membantu tugas evakuasi padahal mereka dan keluarganya tidak ikut diselamatkan. Ada pula tokoh yang memilih untuk beraktivitas seperti biasa, menghabiskan detik-detik terakhir, di rumah tempat mendiang istrinya meninggal.

Epilog

"Temanku bilang, ketika kita mati, kilasan-kilasan hidup kita akan melintas di depan mata, saya pikir akan lebih baik bila kita melihatnya ketika masih hidup, dengan itu kita bisa melihat semua kenangan manis yang telah dialami dan berbahagia"

Serpihan dialog dari tokoh Nathan seorang anak pengidap diabetes tipe 1, berusia 7 tahun yang harus menghadapi kenyataan pahit bahwa Dunia yang dikenalnya akan berakhir, namun ia berhasil menemukan sisi positifnya, dan bahagia bisa bersama orang-orang yang ia sayangi.

Inilah pesan utama film Greenland, bukan tentang bagaimana dunia ini berakhir, tapi pada sebuah pertanyaan tentang apa yang kita lakukan saat itu tiba?

Apakah kita akan menyerah atau bertahan, dan dalam proses itu apakah kita akan bisa menjadi versi terbaik dari diri kita, atau sebaliknya menunjukkan sifat asli kita sebagai binatang yang berwajah manusia.

Cianjur, 25 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun