Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kue Semprong Terbang

23 Februari 2023   11:14 Diperbarui: 23 Februari 2023   11:22 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Kompas.com 

"Mak, saya ingin makan kue semprong," pinta Robin kepada Mak-nya.

Mak dari Robin merupakan orang tua tunggal sejak suaminya lari entah ke mana. Selama bertahun-tahun ia dan anaknya hidup dari berjualan nasi dan mi tiaw goreng di sekitar Pasar Kemuning, Jalan Profesor Mohammad Yamin, Kota Pontianak.

Meski sekarang Robin sudah menjadi pengacara sukses, sang ibunda tetap saja menjalankan usaha tersebut mulai dari pukul tiga sore sampai sepuluh malam. Lelah Robin melarang si mak, tapi tetap saja tiada yang berubah.

"Besok saja. Mak lagi sibuk, nih," ujar mak sembari memotong sawi untuk campuran mi tiaw di dapur.

Jarak antara dapur dan ruang tengah tempat Robin sedang bersantai tidak terlalu jauh, jadi suara mereka tetap terdengar meski tak saling tatap muka. Robin sudah sering mengajak sang bunda pindah ke rumahnya yang baru, lebih besar dan mewah. Tapi mak menolak tegas, katanya rumah lama mereka menyimpan kenangan yang tak bisa dinilai menggunakan uang.

"Sudah saya bilang. Mak perlu uang berapa? Saya transfer ini. Tak perlu capek-capek lagi jualan di pasar. Sekarang banyak begal, Mak! Kalau ada apa-apa, saya juga yang susah!"

"Mak tak perlu uang kau. Mak sudah kerja begini dari masih gadis. Jangan kau ganggu kesenangan aku!"

Jawaban itu sudah berkali-kali mengemuka setiap mereka berdebat soal pensiun jualan di pasar. Robin menarik nafas panjang saja. Ia sanggup menang adu argumentasi dengan siapa pun di pengadilan, tapi tetap tak bisa menang melawan mak-nya sendiri. Robin sebenarnya benar-benar tak tega membiarkan sang ibu tetap bekerja di usia yang sudah senja.

Pernah suatu kali Robin ngotot berdebat melawan mak, tapi si mak hanya bilang begini: "Sudah pandai kau bicara, ya? Kau pikir siapa yang mengajarkan kau sampai jago cakap seperti ini?"

Mendengar perkataan itu, Robin tak berani melawan. Ia tahu, mak telah melewati banyak penderitaan finansial sejak ditinggal pergi si bapak yang tak punya malu. Robin ingat betul ketika masih kecil, ia dan mak dibentak para penagih utang, diambil paksa harta benda-nya tanpa bisa melakukan perlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun