Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Hamba Allah subhanahu wa ta'alaa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elegi Penyair Pontianak

28 April 2021   15:02 Diperbarui: 28 April 2021   15:08 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay.com

"Apakah keadaan penyair di Kota Pontianak menggenaskan?" tanya saya kepada Pradono via teks Whatsapp.

Pradono, biasa disapa Bang Don, adalah seorang penyair senior yang sudah banyak makan asam-garam di Provinsi Kalimantan Barat ini.

"Menghargai seniman banyak cabang dan caranya. Misal ketika masih hidup dan eksis, berilah penghargaan. Jangan sudah mati baru sibuk dihargai dengan selembar piagam," jawab Bang Don.

Ia kemudian menambahkan, "Penyair Kalbar dikenal dan dihargai di luar daerahnya, tapi dianggap sebagai 'kucing kurap' di kampung sendiri."

Saya (kiri) dan Pradono (kanan). Sumber foto: dokumentasi pribadi.
Saya (kiri) dan Pradono (kanan). Sumber foto: dokumentasi pribadi.
Saya menyimak dan mendalami jawaban dari penulis buku puisi berjudul "Singkawang" itu. Pernyataan pertamanya terlihat ia begitu hati-hati dalam menjawab, namun ia tak bisa menyembunyikan kekesalan hati pada peryataan yang kedua. Dapat dimaklumi. Saya sendiri juga selalu emosi tinggi kalau membicarakan perihal penghargaan bagi para penyair di sini.

Sejauh pengamatan saya, sayang sekali memang, penyair yang kompeten di Kota Pontianak, "paling tinggi" jadi juri acara puisi. Bukan bermaksud menghina, saya sendiri kesal dengan keadaan tersebut. Mereka berhak mendapatkan lebih!

Kemudian saya menanyakan hal yang sama kepada Pay Jarot Sujarwo. Beliau ini adalah seorang penulis yang di sejumlah brosur digital diperkenalkan sebagai sastrawan dari Kalimantan Barat. Ia berdomisili di Kota Pontianak.

Pay Jarot Sujarwo. Sumber foto: FB Pay Jarot Sujarwo
Pay Jarot Sujarwo. Sumber foto: FB Pay Jarot Sujarwo
"Kalau keadaan ekonomi-nya bisa jadi. Sebab memang belum ada yang bisa dihasilkan dari puisi secara materi. Tapi bukankah di mana-mana juga begitu?" jawabnya via teks Whatsapp.

Bang pay, panggilan Pay Jarot Sujarwo, juga menjelaskan penyair di Pontianak sudah cukup berperan dengan menghasilkan banyak karya. Namun ia belum terlalu yakin karya tersebut disambut positif oleh pembaca.

"Butuh analisa lebih dalam," pungkasnya.

Pernyataan pertama Bang Pay, cukup memperjelas bahwa rendahnya minat baca tidak hanya mengancam keberadaan penyair, namun juga penulis genre lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun