Mohon tunggu...
Arkadius Kandarpa
Arkadius Kandarpa Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Saya adalah mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi yang tertarik dengan isu ekonomi, bisnis, dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ketika Negara Menyalurkan Uang ke Bank: Cerita di Balik Likuiditas Rp200 Triliun

14 Oktober 2025   20:55 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:58 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan penempatan dana pemerintah sebesar Rp 200 triliun (Sumber: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/YU)

Beberapa waktu terakhir pemerintah Indonesia membuat gebrakan besar dengan mencairkan dana likuiditas sebesar Rp200 triliun ke lima bank milik negara yaitu Mandiri, BNI, BRI, BTN, dan BSI.

Langkah ini langsung menjadi sorotan publik. Di tengah ketidakpastian ekonomi global, gejolak rupiah, dan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan, keputusan tersebut dianggap sebagai strategi berani untuk menjaga daya tahan ekonomi nasional.

Namun ketika kita lihat lebih dekat, kebijakan ini bukan sekadar urusan angka dan laporan keuangan. Di balik itu, ada cerita tentang kepercayaan, relasi sosial, dan arah politik ekonomi yang saling bertautan.

Uang Negara dan Jaringan Kepercayaan
Menurut Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, suntikan dana ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat perbankan dan mendorong kredit ke sektor riil.

"Kemarin saya janji akan menambahkan Rp200 triliun ke perbankan. Ini sudah diputuskan. Siang ini disalurkan dan sore sudah masuk," ujar Purbaya (Antara, 2025).

Tujuannya jelas, untuk mempercepat penyaluran kredit agar dana negara yang mengendap bisa kembali berputar di sektor produktif, terutama bagi UMKM, infrastruktur, dan pertanian.

Namun, menariknya, dana ini lebih banyak mengalir ke bank-bank milik negara ketimbang bank swasta. Pilihan ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi di Indonesia sering kali tidak sepenuhnya netral, ia melekat pada jaringan institusi dan kepercayaan yang sudah lama terbentuk antara negara dan lembaga keuangannya.

Tantangan di Lapangan: Dana Ada, Tapi Tak Semua Terserap

Meski jumlahnya fantastis, realisasinya belum maksimal. Bank Tabungan Negara (BTN), misalnya, baru menyerap sekitar 40 persen dari Rp25 triliun yang dialokasikan.

Purbaya bahkan memberi peringatan tegas:

"Kalau dia enggak bisa serap ya kita akan pindahin dalam waktu dekat," ujarnya (IndoPremier, 2025).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun