KOMPASIANA -  Warga Kelurahan Lenteng Agung (LA) Jakarta Selatan, khususnya  lingkungan RW 05 dilanda duka atas wafatnya  Ustadzah Holilah pada Kamis pagi (10/4).  Beliau dikenang sebagai guru mengaji khusus anak  yang telah  mengabdi sejak era 1980-an hingga akhir hayatnya.  Almarhumah Ustadzah yang akrab dipanggil Bunda Holilah dikenal  istiqomah (konsisten), tanpa pamrih, ramah dan dan peduli lingkungan.
 Â
Ustadzah Holilah binti Aliyuddin wafat pada usia 63 tahun (2  April 1962-10 April 2025) meninggalkan suami tercinta Abdullah atau yang akrab  dipanggil Opung Dulloh,  lima anak dan sebelas cucu.  Hidup sederhana, sibuk mengurus keluarga,  aktivis majelis taklim, namun tak pernah menyurutkan semangatnya  mengajar ngaji anak-anak setiap sore secara konsisten hingga akhir hayatnya.
"Bunda sempat masuk rumah sakit sebelum  bulan puasa. Tapi Alhamdulillah sesudahnya sehat lagi, juga ikut penutupan majelis taklim perempuan di Masjid al Mubarak,"  ujar sang suami Opung Dulloh kepada penulis saat Jumatan beberapa waktu lalu.
Kabar kepergian almarhumah  cukup mengejutkan warga terutama santri, mantan santri  hingga  pedagang keliling yang biasa berinteraksi dengan Bunda Holilah. Seperti diakui penjaja minuman  kesehatan, Mbak Puji (30) yang sehari sebelumnya  asyik berbincang depan rumah. Begitu juga pengakuan beberapa mantan muridnya yang sempat  bersilaturahim sehabis lebaran. Mereka merasa tak percaya almarhumah Bunda Holilah yang belum lama disapa ternyata Kamis kemarin telah meninggalkan dunia fana.
Hampir sebagian besar warga RW 05, baik  penduduk asli maupun pendatang pernah mendapatkan pengajaran  membaca al Qur'an dari Bunda Holilah.  Hal itu dapat terjadi karena pengajian yang digelar setiap ba'da ashar (Senin s.d Jumat) terbuka bagi siapa pun, berbiaya sangat murah bahkan  dibebaskan bagi yang tak mampu. Kesaksian sejumlah tetangga menyatakan  santri  pengajian Bunda  berasal dari sekitar Pasar Lenteng (Gang Upu) sampai ke sekitar Kampus IISIP (Gang Waspada). Pengajian khusus anak anak tersebut tak pernah putus sampai akhirnya pandemi Covid menyebabkan peserta pengajian anak menurun.
Wafatnya guru mengaji khusus anak-anak tersebut  berimbas kepada keprihatinan sekaigus kekhawatiran sebagian orangtua di kawasan Lenteng Agung Barat. Menurut warga sulit mengandalkan sekolah umum atau guru agama atau sekolah umum supaya anak dapat baca huruf hijaiyah apalagi al Quran, karena mereka sudah terbebani kurikulum dan jumlah siswa yang banyak. Sementara  memasukan anak ke madrasah ternyata biayanya lumayan mahal, bukan lagi seperti madrasah di masa lalu atau di sekitar era 1980-an yang  tujuannya  mencerdaskan umat sekaligus melahirkan generasi melek Qur'an tanpa memungut biaya besar bahkan kadang diberikan kemudahan atau cuma cuma kepada siswa dari santri keluarga kalangan tak mampu
Selamat jalan ustadzah Holilah, selamat jalan Bunda.... (ariya)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI