Mohon tunggu...
Fadly Rakefing
Fadly Rakefing Mohon Tunggu... Buruh - Maluku Tengah

Mengabdi untuk Republik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kontribusi Besar Industri Hasil Tembakan dari Berbagai Aspek

16 Agustus 2023   15:42 Diperbarui: 16 Agustus 2023   18:50 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu 'turunan' yang berkontribusi besar terhadap pertanian adalah sub-sektor perkebunan. Dari sekian banyak jenis tanaman perkebunan, tembakau merupakan produk yang cukup 'mempesona' untuk perekonomian nasional. Jenis tanaman ini berkontribusi sebesar Rp 218,62 trilun atau 10 persen bagi APBN pada tahun 2022 melalui cukai rokok.

Memang tidak dapat disangkal bila tembakau merupakan komoditas yang menarik bagi Indonesia. Dari masa lampau, mayoritas kalangan masyarakat Indonesia sudah cukup akrab dengan produk olahan tembakau.

Bahkan saking melekatnya dalam kehidupan masyarakat, tanaman tembakau seolah hadir secara khusus dalam aspek budaya di Indonesia. Contoh seperti di Madura, masyarakatnya merasa tembakau merupakan tanaman 'sakral' sebab dirintis seorang ulama besar. Masyarakat Sindoro, Sumbing, dan Prau juga kerap menggelar ritual adat khusus untuk menghormati berkembangnya tanaman tembakau di daerah itu.

Itulah salah satu alasan yang akhirnya melatari munculnya industri hasil tembakau di Tanah Air. Di tahun 2021, luas perkebunan tembakau mencapai 213 ribu hektar dan hasil panennya mencapai sebesar 196 ribu ton per hektar. Industri hasil tembakau juga berkembang dari hulu ke hilir, mulai dari petani tembakau, pekerja pabrikan, seperti tenaga manufaktur, pelinting rokok, hingga distributor. Mereka semua pada akhirnya masuk ke dalam ekosistem industri hasil tembakau.

Ekosistem industri hasil tembakau diperkirakan menyirap sekitar 6 juta tenaga kerja. Angka ini dinilai fantastis untuk jumlah serapan tenaga kerja di Indonesia. Angka tersebut juga mengartikan bahwa industri hasil tembakau tembakau mampu menopang perekonomian nasional, khususnya dalam meminimalisir angka pengangguran.

Selain itu, mata rantai industri hasil tembakau di Indonesia juga dapat dibilang unik. Hal ini dikarenakan tidak hanya dari betapa luasnya ekosistem industri hasil tembakau, tetapi juga karena adanya keberadaan segmen Sigaret Linting Tangan (SKT) yang hanya ada di Indonesia. Segmen SKT melakukan suatu proses tradisional di mana tembakau dan cengkih dilinting secara manual. Segmen ini telah berdiri lebih dari satu abad lalu dan hingga kini tetap bertahan di tengah kemajuan teknologi mekanisasi pembuatan rokok.

Segmen SKT ini diproduksi dalam berbagai skala, mulai dari industri rumahan hingga pabrikan besar berskala nasional. Menariknya, seluruh proses produksi rokoknya menggunakan prinsip produksi yang sama, yaitu dibuat dengan melinting campuran tembakau dan cengkih satu per satu menjadi sebuah rokok dengan menggunakan tangan. Proses melinting hingga mengemas rokok SKT tersebut dibuat secara presisi yang bertumpu pada keterampilan pekerja pelinting rokok yang didominasi oleh perempuan. Produksi SKT adalah suatu proses padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.

Bisa dibayangkan, dalam satu jam, satu pekerja SKT dapat memproduksi sekitar 250--350 batang rokok, sedangkan kecepatan mesin dapat mencapai 8.000 batang rokok per menit. Oleh karena itu, kelangsungan segmen SKT tentunya memiliki dampak langsung bagi lapangan kerja keseluruhan pekerja SKT.

Selain itu, segmen SKT seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sektor yang sekedar 'memberikan lapangan kerja', tetapi segmen ini juga harus dilihat lebih jauh sebagai sektor yang turut memberdayakan perempuan. Melalui segmen SKT, banyak perempuan yang mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam angkatan kerja dan berdikari secara ekonomi.

Tidak hanya itu, segmen ini juga memiliki karakteristik yang inklusif yang tercermin dari beragam latar pendidikan yang dimiliki oleh pekerja SKT, yaitu sebagian besar pekerja perempuan di segmen ini memiliki jenjang pendidikan yang tidak sampai tingkat tinggi, tepatnya rata-rata klasterisasi SD atau SMP saja. Namun tenaga dan kepiawaian mereka dalam bekerja dibutuhkan oleh industri hasil tembakau. Lewat kesempatan kerja ini, pekerja SKT turut mengangkat derajat ekonomi keluarganya.

Dengan meningkatnya derajat ekonomi keluarganya, maka segmen SKT ini juga menyumbang pertumbuhan ekonomi di daerah dan melakukan penyerapan tenaga kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun