Sabu Raijua, 22 Juni 2025—Seratus hari telah berlalu sejak dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Sabu Raijua, namun realisasi janji-janji kampanye masih menjadi fatamorgana di tengah masyarakat. Dari 16 program unggulan yang sempat digaungkan dengan penuh semangat, tak satu pun yang menyentuh kebutuhan nyata masyarakat secara konkret.
Krisis air bersih terus berlanjut, jalan-jalan utama dan penghubung antar desa masih rusak parah, fasilitas pendidikan dan kesehatan jauh dari kata layak, sementara janji membuka lapangan kerja masih terhenti di spanduk dan pidato. Rakyat terutama Marhaen di kampung-kampung masih bertanya-tanya: ke mana arah perubahan yang dijanjikan?
Kami, mahasiswa asal Sabu Raijua, yang tergabung dalam berbagai organisasi daerah, menyampaikan kekecewaan mendalam dan kekhawatiran serius atas lambannya realisasi program kerja pemerintahan saat ini. Khususnya dalam bidang pendidikan, janji pemberian beasiswa yang diklaim sebagai prioritas tak kunjung terealisasi, bahkan tak pernah disosialisasikan secara terbuka.
Kami mahasiswa Sabu Raijua menuntut kejelasan: di mana realisasi program beasiswa yang dijanjikan oleh Bupati dan Wakil Bupati? Apakah pendidikan anak-anak Sabu Raijua tidak menjadi prioritas?” — tegas Bung Hadjo Leo, aktivis GMNI cabang Sumba Timur yang tergabung dalam aliansi mahasiswa daerah.
Mahasiswa mencatat beberapa persoalan mendasar:
Tidak adanya mekanisme jelas dan transparan mengenai pengajuan dan distribusi beasiswa.
Ketiadaan informasi resmi dari Dinas Pendidikan maupun Pemda mengenai teknis dan waktu realisasi program beasiswa.
Kurangnya perhatian terhadap pendidikan sebagai pilar utama pembangunan manusia, khususnya di wilayah tertinggal seperti Sabu Raijua.
Tuntutan Mahasiswa Sabu Raijua:
1. Bupati wajib memberikan klarifikasi terbuka mengenai nasib program beasiswa yang dijanjikan dalam program 100 hari kerja.
2. Pemerintah Daerah harus menyusun dan mengumumkan skema beasiswa yang adil, transparan, dan tepat sasaran.