Saat akhirnya pemantik itu kutemukan, aku justru tertegun karena kini terdengar tangis perempuan, menyayat seperti dalam penderitaan yang sangat. Aku terpukau.
"Sekarang..terdengar...perempuan menangis."
Suara tangisan itu makin keras dan aku segera sadar lilin di tanganku harus segera dinyalakan. Pemantik kutekan. Sekali, gagal. Dua kali, gagal. Tiga kali, juga gagal. Dengan khawatir kepalaku menoleh ke arah suara tangisan. Tidak ada apapun kecuali gelap dan sesekali hanya cahaya percikan bunga api dari pemantikku yang mejan.
Lobi hotel ini kemudian jadi sangat riuh karena suara tangisan itu kini ditingkahi suara anak kecil ketawa, lalu menyusul suara gesekan di lantai, mendekat seperti sebuah karung beras yang diseret....
Sruugh...
Sruuuuugh...
Sruuuuuuuuuuuugh...
Jantungku berdebar kencang.
Pada percobaan yang entah keberapa kali dan saat suara-suara itu lenyap, akhirnya pemantik sialan itu menyala. Tapi bersamaan dengan itu, mendadak dua wajah bertumpuk muncul di depanku!
Aku terpukau.
Walau ingin, seperti ada yang menahanku untuk segera melemparkan pemantik dan berlari dari sana. Teror yang dahsyat bagai mengikat tubuhku...