Aku berjalan memutar.
Lobi hotel ini memang tidak terawat. Di samping lembab dan pengap, barang-barang seperti meja, kursi serta pot-pot kosong dikumpulkan dan ditumpuk begitu saja di sudut kiri, dekat pintu masuk. Kesanalah aku mendekat sekarang.
Pandanganku langsung tertumbuk pada sesuatu.
Awalnya kupikir itu adalah kain yang disampirkan untuk menutupi sesuatu di bawah tumpukan meja dan kursi, tapi aku sendiri tidak ingat pernah melihatnya sebelum lampu dipadamkan. Beberapa menit lalu pun tidak.
Jantungku berdebar aneh.
"Saya....melihat sesuatu...seperti kain. Tadi tidak ada," kataku. Kusorongkan lilin lebih ke depan dan maju mendekat. Tanganku meraihnya...
Rambut!
Rambut yang entah putih entah abu-abu, panjang, tebal, kasar dan bergulung-gulung seperti tak berujung sehingga mengingatkan pada tumpukan ijuk di rumah kawanku yang biasa dipakai untuk membuat sapu. Terdengar suara perempuan mengikik sewaktu rambut yang sedang kupegang itu terenggut dan lepas tiba-tiba....
Aku terlonjak ke belakang. Celakanya, api lilin padam!
Instingtif dan panik, aku berlari kembali ke tempatku. Mataku memang belum kembali terbiasa dengan kegelapan tanpa cahaya lilin hingga harus meraba-raba permukaan tikar untuk mencari pemantik yang kutinggalkan di sana.
"Lilin...tiba-tiba..mati..saya..ada rambut..eh..suara lagi..saya mencoba mencari pemantik," kataku gugup dan ngos-ngosan sembari terus meraba-raba. Botol air mineral yang tidak tertutup tersenggol lalu terguling. Isinya tumpah. Suara mengikik terdengar semakin panjang seperti menertawakanku.