Jujur, saya harus mengawali tulisan ini dengan mengatakan bahwa bercerita tentang pengalaman mudik menggunakan kereta api merupakan hal yang menyulitkan. Bukan apa-apa, meskipun mudik Hari raya Idul Fitri ke kampung orang tua di Pemalang merupakan ritual tahunan yang selalu dilakukan keluarga kami sejak lama, namun kami lebih banyak menggunakan bus antar kota atau mengendarai kendaraan pribadi. Terlebih ketika jalan tol telah membentang mulus dari Jakarta ke berbagai kota lainnya, termasuk ke Pemalang.
Namun demikian saya ingin mencoba mengingat-ingat pengalaman naik kereta api setidaknya hingga awal tahun 2000-an dan membandingkannya dengan pengalaman naik kereta api terakhir, beberapa waktu lalu. Perbandingan pengalaman menggunakan kereta api tersebut menjadi kenangan yang sangat menyenangkan.
Harus saya katakan bahwa pengalaman perjalanan terakhir menggunakan kereta api sangat berbeda dari perjalanan menggunakan kendaraan pribadi atau bus. Pertama-tama, saya tidak perlu khawatir tentang macet atau kelelahan selama perjalanan. Selama perjalanan saya dapat menikmati pemandangan di sekitar.
Kereta api yang saya naiki juga sangat nyaman, dengan tempat duduk yang luas dan fasilitas yang lengkap, seperti AC, toilet, dan restoran. Saya dapat memilih untuk duduk di tempat duduk yang lebih nyaman, atau bahkan memilih untuk tidur di kereta api.
Selain itu, saya juga dapat menikmati suasana yang ramah dan santai di kereta api. Banyak penumpang yang berbincang-bincang dan berbagi cerita, sehingga suasana menjadi sangat akrab.
Terima kasih atas upaya PT Kereta Api Indonesia atau KAI yang telah melakukan reformasi besar-besaran dalam tata Kelola perkeretaapian, khususnya sejak PT KAI dipimpin oleh Ignatius Djonan. Reformasi yang dilakukan Pak Djonan berhasil menjadikan pelayanan kereta api yang sangat jauh lebih baik seperti sekarang ini.
Dulu, saat saya masih kanak-kanak hingga awal tahun 2000-an, saya masih ingat saat berada di dalam gerbong kereta api serasa berada di dalam kaleng sardens karena harus berdesak-desakan. Tidak jarang saya melihat penumpang duduk di lantai karena tidak dapat tempat duduk. Di tengah penuh sesaknya penumpang, masih sempat-sempatnya pedagang asong hilir mudik menjajakan dagangannya seperti lemper, kacang, kerupuk dan aneka minuman botol dan plastik. Toilet pun jorok dan bahkan di depan toilet terdapat penumpang yang duduk karena tidak dapat kursi.
Untuk bisa masuk ke gerbong kereta api bukanlah hal yang mudah. Kami harus berdesak-desakan dan berebut tempat duduk. Seringkali kami harus bersitegang dengan penumpang lain yang mengakuisisi tempat duduk yang mestinya jadi tempat duduk kami. Belum lagi, sulit untuk mendapatkan tiket kereta api di loket, namun tersedia di tangan calo. Jadilah para calon penumpang membeli tiket lebih mahal dari harga normal.
Kini dengan fasilitas yang lengkap dan suasana yang ramah, kini kita menikmati perjalanan yang jauh lebih menyenangkan.
Menurut saran teman saya yang kerap mudik ke Yogyakarta menggunakan kereta api, agar mudik nyaman menggunakan kereta api maka kita sebaiknya memesan tiket jauh hari sebelumnya guna memastikan ketersediaan tempat duduk.