Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Pisang Epe dan Kesetiaan Merawat Keindonesiaan

29 April 2024   06:59 Diperbarui: 29 April 2024   06:59 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedaling pisang epe sedang memanggang pisang, sumber gambar: Aris Heru Utomo

Setiap kali berkunjung ke Kota Makassar, salah satu tempat yang kerap saya kunjungi adalah Pantai Losari, sebuah kawasan pantai yang kerap diibaratkan sebagai jendela kota disebut pula sebagai Kota Angin Mamiri.

Di kawasan pantai ini kita dapat melepaskan pandangan sejauh mungkin ke laut dan melihat matahari tenggelam, meski sekarang sebagian kawasannya terhalang gedung bertingkat yang sedang dibangun.

Selain itu, kita juga bisa menikmati salah satu jajanan khas Kota Makassar yang populer dan legendaris yaitu pisang epe di Anjungan Pantai Losari.

Pisang Epe Makassar merupakan salah satu jajanan tradisional yang memiliki sejarah panjang dan memikat lidah pecinta kuliner. Dikenal dengan rasa manis pisang yang lezat dan tekstur kenyalnya, Pisang Epe Makassar telah menjadi simbol kuliner kota ini.

Menurut Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkumham RI, jajanan Pisang Epe Makassar telah menjadi santapan para bangsawan Kerajaan Gowa Tallo pada abad ke-16-19 Masehi.

Ketika Kamis sore, (25/04/2024), saya mampir ke kawasan Pantai Losari, tampak para pedagang kaki lima (PKL) baru selesai menata meja dan kursi plastik di sepanjang Anjungan Pantai Losari. Deretan meja dan kursi plastik tersebut disiapkan bagi pengunjung yang ingin menikmati senja atau suasana malam di pinggir pantai sambil menyantap jajanan pisang epe dengan varian rasa yang berbeda-beda.

Biasanya pedagang pisang epe memanggang pisang di pemanggang yang diletakkan di sebelah gerobak dorong. Para pedagang pisang epe yang konon sudah ada di kawasan Pantai Losari sejak tahun 1970-an ini, mulai berjualan dari pukul 17.00 WITA hingga pukul 00.00 WITA.

Epe sendiri dalam bahasa lokal Makassar berarti dijepit atau dipenyet. Sehingga pisang epe adalah jajanan pisang yang saat dipanggang dilakukan dengan dijepit atau dipipihkan  di atas anglo.

Bahan utama pisang epe adalah pisang kepok kuning yang matang. Pisang kepok dipilih sebagai bahan utama karena tidak lembek saat dibakar atau dipanggang. Rasa pisang kepok pun cukup manis.

Dahulu, pisang kepok tersebut dipanggang di atas anglo yang baranya berasal dari arang. Namun kini, pisang dipanggang di atas anglo dengan menggunakan gas.

Untuk memanggang pisang epe hingga matang tidak dibutuhkan waktu yang lama. Ketika pisang epe yang dipanggang terlihat sudah kecoklatan, maka pisang epe tersebut bisa diangkat dan diletakkan di atas sebuah piring. Sebelum disajikan, pisang tersebut dilumuri saus gula merah atau bisa juga ditambah varian lain seperti coklat dan parutan keju.

Dengan pisang yang matang sempurna dan terpanggang di atas bara api, pisang epe akan memiliki tekstur lembut yang meleleh di mulut. Dilengkapi rasa dan aroma manis saus gula merah, kenikmatan menyantap pisang epe semakin menggoda. Dalam setiap gigitannya, pisang epe mampu menawarkan kombinasi sempurna antara manisnya gula dan kelezatan pisang yang alami.

Menikmati pisang epe hangat akan semakin mantap dan nikmat bila minumannya adalah Saraba yaitu minuman hangat berbahan dasar jahe dan susu.

Semakin malam, semakin banyak pengunjung yang datang ke kawasan Pantai Losari. Para pengunjung tersebut bukan hanya warga Kota Makassar, tetapi juga para pendatang yang ingin menikmati malam di kawasan pantai. Bukan rahasia lagi jika Kota Makassar merupakan kota utama di kawasan Indonesia Timur yang ramai didatangi pendatang dari luar kota dan provinsi, utamanya pelajar dan mahasiswa.

Melihat banyak pengunjung yang datang, para pedagang yang berbicara dalam bahasa Indonesia berdialek khas Makassar dengan ramah menyambut kedatangan pengunjung dan menawarkan menu jajanan yang tersedia seperti pisang epe aneka rasa, roti bakar, jagung bakar dan aneka minuman seperti teh dan kopi hangat/dingin dan jus jeruk. .

Ketika jajanan yang dipesan tiba, pengunjung pun dapat menikmatinya di meja dan kursi plastik yang tersedia di bawah semarak lampu-lampu neon di kawasan Pantai Losari.

Ramainya pengunjung kawasan Pantai Losari dan kegemaran masyarakat Makassar menikmati pisang epe, memperlihatkan bahwa di tengah arus modernisasi dan perubahan tren kuliner, masyarakat Makassar tetap setia pada akarnya, menerima pisang epe sebagai warisan budaya dan kuliner yang tak ternilai.

Pisang epe adalah bukti hidup bahwa kelezatan makanan tradisional dapat bertahan dan menjadi bagian penting dari identitas kuliner suatu daerah karena kesetiaan dan kecintaan masyarakatnya.

Kesetiaan dan kecintaan merawat warisan budaya dan kuliner daerahnya. seperti kesetiaan dan kecintaan merawat keindonesiaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (AHU)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun