Teman-teman yang lain pun berbaik hati telah berinisiatif membawakan jajanan berupa arem-arem, pisang rebus, donat, telur ayam rebus, biscuit dan lumpia. Mendaki gunung bersama mereka perut ini terasa kenyang terus.
Setelah istirahat cukup dan rasa lelah kami hilang, kami memutuskan untuk turun ke basecamp. Berjalan melalui punggungan gunung ketika terang sungguh menyenangkan. Banyak view indah yang menjadi santapan mata kami.
Setelah Pos 1 kami pun memasuki ladang warga. Disepanjang jalan setapak, kami menjumpai banyak pohon "Pepaya Gunung", yaitu Carica Dieng yang buahnya menyerupai buah pepaya, namun ukurannya lebih kecil dan memiliki rasa yang unik. Manisan carica mudah dijumpai di toko oleh-oleh khas Dieng.
Sebelum sampai ke basecamp kami menyempatkan untuk membeli kentang pada warga yang sedang memanennya. Kami masing-masing membeli 2 kg. Per kilonya seharga Rp. 11.000. Untungnya, Mas Joko sudah menyiapkan plastik lorek yang cukup besar dan kuat.Â
Petani itu tidak menggunakan timbangan ketika memasukkan kentang ke tas plastik. Hanya perkiraan saja, dan setelah saya angkat terasa lebih berat dari 2 kg.
Setelah sampai rumah, istri saya menimbangnya. Ternyata beratnya 3,7 kg! Wow senangnya dapat kentang Dieng segar dan murah. Istri saya mengolahnya menjadi "Kroket Kentang". Camilan enak, gurih, dan mengenyangkan.
Sungguh menyenangkan bisa menggapai puncak Gunung Bismo, dan pulangnya bawa oleh-oleh kentang Dieng. Yuk! Mendaki ke Gunung Bismo via Sikunang, mumpung warga lokal sedang panen kentang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI