Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Puncak Andong melewati Jembatan Setan. Namanya terdengar menyeramkan. Namun trek sempit berbatu dengan kanan kiri jurang dalam, jika dilihat dari tempat yang lebih tinggi, spot itu terlihat sangat cantik.
Ketika saya jumpai bongkahan batu yang cukup besar di jalur Jembatan Setan yang sempit, saya pun duduk beristirahat beberapa menit sambil menikmati panorama dibawah. Tiga tempat parkir di Basecamp Pendem dan Sawit terlihat penuh dengan kendaraan bermotor.
Pukul 9:08 saya sampai di Puncak Andong 1.726 Mdpl. Suasana di sini tak jauh berbeda dengan di Puncak Alap-Alap. Beberapa tenda masih berdiri, ada warung juga disini.Â
Sebagian pendaki terlihat duduk istirahat di tikar di dekat warung sambil menikmati mie instan rebus plus gorengan dan kopi hangat. Sedangkan yang lain terlihat sabar menunggu antrian makanan yang cukup panjang.Â
Dalam perjalanan turun, saya memilih jalur Sawit lama yang cukup lebar. Saya sempat berpapasan dengan seorang perempuan berjalan naik menyunggi jerigen air yang katanya beratnya 14 kg. Belasan kali ia naik turun, mengambil dan membawa air dalam jerigen untuk keperluan warung yang berada di puncak Gunung Andong. Usianya sekitar pertengahan 60 tahun atau mungkin lebih. Staminanya kuat sekali, pikirku.
Pendakian Gunung Andong via Sawit ada sumber mata airnya yang bisa digunakan oleh para pendaki maupun untuk keperluan logistik warung. Sumber mata air ini berada di jalur pendakian lama diantara Pos 2 dan Pos 3.
Di jalur pendakian Sawit banyak dijumpai trek berbatu sedangkan via Pendem trek tanah yang dominan. Trek berbatu kurang nyaman di lutut ketika kita turun, sedangkan trek tanah sebagian licin di musim hujan.
Setelah berjalan sekitar 5 km dengan waktu tempuh selama 2 jam 32 menit, saya tiba di gapura pendakian Gunung Andong Taruna Jaya Giri Sawit. Walaupun sudah pukul 10:07, namun tak terasa panas karena cuaca mendung.
Jadi saya sudah separuh jalan. Masih ada satu kali lagi pendakian untuk mencapai target. Menurut saya masih realistis karena saya sudah bisa melakukan itu sebelumnya.Â
Pada pendakian bulan April kemarin, saya berjumpa dengan seorang pemuda penghobi olahraga tinju dan mengobrol sebentar. Di akhir pekan, dia biasa empat kali naik turun Gunung Andong untuk meningkatkan staminanya. Saya lupa menanyakan, berapa jam waktu yang dia butuhkan untuk melakukan aktifitas fisik seberat itu.