Dua kali naik turun Gunung Andong dalam durasi waktu 5 jam 20 menit, cukup menguras stamina saya. Namun saya sangat puas dan bersyukur kepada Tuhan karena masih bisa melakukannya disaat usia saya sudah mencapai 54 tahun.
Pendakian Gunung Andong naik turun dua kali, via Pendem dan kemudian naik lagi dari gapura Sawit sudah saya lakukan sebelumnya. Pada bulan April kemarin dan di bulan Januari 2024.
Secara keseluruhan, inilah tektok saya yang ke 8 kalinya ke puncak Gunung Andong. Tak pernah merasa bosan. Walaupun cuaca sedang berkabut pun, gunung ini masih mempesona tuk didaki.
Menurut saya, Gunung Andong cocok untuk semua kalangan. Mulai dari anak kecil bahkan sampai usia adiyuswa. Juga untuk pendaki pemula, berpengalaman, maupun bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan fisiknya, atau untuk pemanasan sebelum mendaki gunung lain yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengamatan saya selama 8 kali mendaki Gunung Andong, ada beberapa tipe pendaki gunung ini, yaitu:
1. Pendaki yang ikut-ikutan (FOMO). Mereka mendaki Gunung Andong karena mengikuti tren mendaki gunung. Kelompok ini didominasi oleh para remaja, dan biasanya sering berhenti untuk foto-foto di spot foto yang menarik, kemudian di upload di sosial media mereka.
2. Pendaki Pemula. Mereka ingin merasakan sensasi mendaki gunung. Gunung Andong yang pendek, memiliki jalur pendakian yang relatif aman untuk didaki dan menawarkan pemandangan alam yang indah.
3. Pendaki Sosial. Mereka menyukai aktifitas pendakian sebagai sarana bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain.
4. Pendaki Pengalaman. Tipikal pendaki gunung yang sudah berpengalaman, ia terlihat sangat percaya diri dan tidak meremehkan pendaki lain.
5. Pendaki Pecinta Alam. Mereka konsisten menjaga kebersihan gunung ketika mereka sedang melakukan aktifitas pendakian dan senang berpartisipasi dalam kegiatan konservasi alam.