Mohon tunggu...
Arin
Arin Mohon Tunggu... Amatir

Menulis adalah bekerja untuk keabadian~ Pram

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takdir Seira

31 Juli 2025   10:10 Diperbarui: 31 Juli 2025   10:45 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels.com/ Engin Akyurt

Seira sudah cukup lama mematung di beranda lantai atas, ia tengah menyelami keriuhan benaknya untuk mengambil keputusan final yang menentukan masa depannya. Dua tahun terakhir perasaan semacam itu kerap datang memaksa agar dipertimbangkan dan selama itu pula selalu gagal disepakatinya. Matanya kuyu dan mimiknya keruh, memperlihatkan bahwa hal yang ia pertimbangkan sesuatu yang tidak mudah.

Seira melewati dua malam dengan menangis dan gelisah, ia menyesalkan ekspektasi semu atas perasaan terhadap seseorang yang acap kali menjadi penghalang bagi dirinya di setiap ada lelaki yang ingin serius dengannya. Seira hanya ingin memastikan masa lalunya telah usai sebelum cincin kawin tersemat di jari manisnya.

"Tolong, Nak. Dipikirkan lagi lebih serius, ini lamaran yang kesekian kali. Cobalah selesaikan apa yang menjadi ganjalan hatimu selama ini. Fathir adalah lelaki baik begitupun keluarganya. Kita sudah saling mengenal. Kamu mau cari yang seperti apa lagi?" Permohonan sekaligus tanya ibunya yang masih digantung oleh Seira.

Lima tahun lebih Seira begitu terpincut dengan teman kuliahnya, Azmi. Namun, rupanya bukan hanya Seira yang menyukai cowok tampan dan berprestasi yang dicap bintang kampus itu. Seira tidak merasa gentar dan takut kalah saing, ia merasa punya privilage sebab Azmi adalah salah satu mahasiswa yang tinggal di kostan ayahnya.

Selama kurang lebih empat tahun, Azmi dan Seira menjadi teman dekat, Seira yang diam-diam menyimpan perasaan tentu saja kesenangan dan menaruh harapan besar akan kelanjutan hubungannya dengan Azmi. Meskipun Azmi banyak disukai, ia tidak sampai menjalani hubungan romantis bersama siapa pun, dan itulah yang membuat Seira begitu percaya diri kalau ia punya kesempatan.

Azmi ramah ke semua orang, memperlakukan teman-temannya dengan baik, khususnya pada Seira. Hati gadis mana yang tak terbang jika diperhatikan oleh sosok lelaki idaman? Hati Seira nyaris mekar setiap harinya, merasa menjadi orang spesial bagi Azmi.

"Seira punya pawang guys." Celetukan rekan-rekannya yang sering membuat Seira meredam senyum, ia terlalu malu memperlihatkan kebahagiaan, sebab Azmi selalu merespon berupa gelengan ringan saja. Teramat santai, berbanding terbalik dengan hati Seira yang jumpalitan.

Anggapan orang-orang 90% meyakini bahwa mereka berpacaran. Julukan-julukan spesial sering disematkan pada mereka 'couple goals' 'favourite couple' 'setara' dan lainnya. Di suatu waktu kabar kedekatan mereka berdengung di telinga orangtua Seira, mereka bertanya apa kabar itu benar adanya. Anak gadisnya hanya bilang mereka sebatas dekat saja, sebagai orangtua yang tahu betul apa tanggung jawab, berpikir kalau Azmi masih butuh waktu. Belum ingin serius menjalani hubungan, sebab statusnya mahasiswa, masih panjang jenjang kariernya. 

Namun, sampai hari kelulusan tiba, Seira tidak kunjung mendapat kejelasan, Azmi tidak memberikan sesuatu dan pengakuan berarti seperti yang diharapkannya. Seira sering bertanya-tanya, apa kurangnya ia selama ini? Dengan banyak kelebihan seperti fisik, harta dan nilai akademik, kenapa tidak mampu menarik hati Azmi. Bahkan, selama berkuliah ia rela menolak banyak pria demi menunggu, Azmi, pujaan hatinya.

Seira terjebak friend zone, sementara Azmi memaknainya sebagai platonic relationship. Entah, Azmi peka atau tidak, yang jelas ia bukan lelaki bodoh. Meski bertahun-tahun bersama, Seira kesulitan menyelami jalan pikiran Azmi apalagi hatinya dan bodohnya ia begitu terikat.

Dan setelah setahun kepulangannya dari kota tempatnya menimba ilmu, Azmi cukup sulit dihubungi. Seiring waktu pertemanan mereka semakin berjarak, kendati demikian Seira tetap menaruh perasaan dan berkeyakinan suatu saat nanti bisa saja Azmi datang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun