Mohon tunggu...
Rinrin
Rinrin Mohon Tunggu... Lainnya - amateur

🍉

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Celengan Ayam Anita

27 September 2023   12:10 Diperbarui: 27 September 2023   12:16 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi celengan ayam (jen-robinson.com)

Siang hari ketika matahari tengah terik-teriknya terdengar suara benda jatuh di kamar Anita. Sang ibu yang mendengar dari ambang pintu dapur bergegas mendekat ke sumber suara dan membuka pintu kamar anak semata wayangnya itu. Ibunya agak terbelalak ketika melihat Celengan Ayam Anita pecah dengan material tanah liat dan koin recehan juga uang lembaran yang dilipat-lipat berserakan di lantai. Anita sendiri tampak memungut tabungannya itu. Menyadari ada yang masuk, Anita menoleh dan menyambut ibunya dengan senyum. Ibunya mendekat dan bertanya, "Kenapa celengannya dipecahkan, Nak?

Anita terkekeh malu-malu. "Aku ingin pakai uang ini, Bu."

Sang ibu lekas berjongkok, membantu mengumpulkan uang anaknya. "Lho, memangnya mau pakai untuk apa?" tanyanya lembut.

"Nanti Ibu juga tahu," jawabnya sambil memilah sebagian koin recehan dan uang lembaran yang sudah terkumpul.

Baca juga: Penunggu Rumah

Si ibu mengernyit, berusaha menebak akan diapakan uang tersebut. Apakah dia akan menyumbangkannya lagi seperti lima bulan lalu ketika teman sekelasnya harus menjalani operasi usus buntu? Ibunya menebak-nebak. Dan jika benar, dirinya takkan melarang dan malah merasa senang. Dalam diamnya, si ibu tersenyum sambil melirik anaknya dengan rasa sayang dan kagum.

Setelah beberapa saat, uang telah selesai dikumpulkan. Lalu dihitung oleh Anita sendiri, sekonyong-konyong ia berseri-seri, ekspresinya begitu puas dan semringah. "174.000," katanya ceria. Ia menaruh uang yang dikumpulkan itu ke tas selempang kain mungil miliknya lalu disampirkan di bahu.

 "Maukah Ibu ikut denganku sekarang?" 

Lagi-lagi ibunya mengernyit. "Mau kemana toh?"

"Rahasia." Anita tertawa kecil. Ia bangkit lalu menyodorkan tangan mungilnya agar diraih sang ibu.

Dengan senang hati ibunya menerima uluran tangan Anita. Mereka bergegas pergi ke luar meninggalkan rumah, ibunya pasrah mengikuti kemana Anita menuntun. Meskipun terik menyembur tanpa ampun, mereka tetap menikmati perjalanan sambil berbincang-bincang kecil. Keduanya sudah keluar jalan gang, bertemulah mereka dengan jalan raya lalu belok kanan di mana sisi tersebut berjejer pertokoan.

Dua toko yang merupakan toko sepatu dan perlengkapan olahraga dilewati, berhentilah langkah Anita di toko ketiga. Dia mengajak ibunya masuk dan di sana mereka disambut dua karyawan sekaligus pemilik toko yang merupakan penjual pakaian yang sudah jadi langganan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun