Mohon tunggu...
Arie
Arie Mohon Tunggu... Menulis supaya nggak ngomong sendiri. Kalau lucu, anggap bonus. Kalau nggak, maafkan.”

Menulis itu terapi. Kalau tulisan ini bikin kamu stress, berarti terapinya gagal.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

CCTV Bicara, Tapi Tak Menjawab: Siapa Dalang di Balik Kematian ADP?

12 Juli 2025   12:04 Diperbarui: 12 Juli 2025   12:04 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Video CCTV kost adp ( sumber : detik.com)

Ironisnya, ADP sempat menelepon istrinya sekitar pukul 21.00 WIB malam itu. Tak ada nada aneh. Ini menambah misteri: bagaimana seseorang bisa tampak begitu normal hanya beberapa jam sebelum ajal?

Lakban yang menggiring rasa ingin tahu

Publik kadung penasaran soal lakban. Sebab ini bukan cara lazim orang mengakhiri hidup---jika memang kematian ADP adalah bunuh diri. Tapi di sisi lain, kalau ini pembunuhan, kenapa tak ada tanda perlawanan, tak ada barang hilang, tak ada jejak paksa masuk? Rumit.

Polisi saat ini memeriksa sidik jari di lakban, HP, laptop, dan barang-barang sekitar kamar. Semua demi mengurai kemungkinan. Bisa saja, nanti muncul temuan rekaman chat terakhir, pencarian Google yang aneh, atau jejak transaksi tak biasa. Tapi kita juga harus ingat: publik sering terlalu cepat berspekulasi, padahal penyidikan scientific butuh waktu.

Kita (selalu) sibuk menjadi detektif dadakan

Kalau membuka kolom komentar di media sosial, kita akan lihat ribuan Sherlock Holmes dadakan. Ada yang bilang ini pasti konspirasi politik, ada yang mengaitkan dengan jaringan internasional gelap, sampai yang sok paham psikologi dengan bilang: "tuh kan, orang pendiam biasanya menyimpan beban."

Padahal sejujurnya, kita tak benar-benar tahu. Yang kita punya hanya potongan CCTV, laporan awal polisi, dan opini netizen yang lebih suka sensasi daripada empati. Sementara di luar sana, istri dan keluarga ADP mungkin sedang berjuang berdamai dengan kehilangan.

Kasus ADP ini mengajarkan kita satu hal: betapa sedikit sebenarnya yang kita ketahui tentang kehidupan orang lain. Bahkan ketika CCTV mencatat gerak-gerik kita, kamera itu hanya merekam apa yang terlihat, bukan apa yang dirasakan.

Kita tentu berharap polisi bekerja transparan, profesional, dan segera memberi titik terang pada kasus ini. Tapi lebih dari itu, semoga kita juga belajar sedikit menahan diri---untuk tidak terlalu cepat menuduh, tidak terlalu gemar merangkai teori konspirasi murahan, dan memberi ruang pada keluarga yang berduka.

Karena terkadang, misteri terbesar bukanlah soal "siapa pelakunya", melainkan mengapa rasa empati kita sering kalah oleh rasa ingin tahu yang berlebihan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun