Mohon tunggu...
ari imogiri
ari imogiri Mohon Tunggu... Administrasi - warga desa

suka aja mengamati berita-berita politik

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Yang Menang Jangan Jumawa, Yang Kalah Mari Legawa

14 Februari 2024   18:53 Diperbarui: 15 Februari 2024   00:04 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejak pagi sampai siang tadi, kita, warga negara Republik, anak bangsa yang telah mempunyai hak pilih telah dengan kesadaran pribadi datang ke setiap tempat pemungutan suara di seantero pelosok negeri ini. Kita, para pemilih, apapun pilihannya di hajat pemilu tahun ini, saya yakini telah berusaha "berijtihad" seturut keyakinan, pengetahuan, serta pertimbangan terbaiknya masing-masing sebelum akhirnya menentukan siapa yang kemudian kita coblos di bilik suara tadi.

Bahwa kemudian diantara kita sekalian ada yang memilih bukan karena ijtihad pribadi, tanpa pertimbangan, tanpa dasar pengetahuan dan wawasan yang memadai namun hanya seturut iming-iming, karena janji manis, karena bitingan, karena politik gentong babi, itu semua tentu tidak bisa kita jadikan kesimpulan bahwa pemilihan berlangsung dengan buruk, karena kita tak pernah tahu sesungguhnya berapa banyak yang lebih memilih karena gentong babi, bitingan dan sejenisnya dibanding dengan yang memilih dengan kesadaran atas dasar pertimbangan yang matang. Hanya saja, tentu kita berharap ke depannya, kualitas pemilu akan menjadi lebih baik lagi dibanding pemilu hari ini.

Dengan begitu, maka kita bisa mendudukkan perbedaan atas pilihan politik kita sebagai sesama anak bangsa adalah sesuatu yang wajar dan biasa dalam keseharian, karena kita meyakini bahwa sebagian besar kita adalah memilih karena dasar keyakinan atas pilihan kita tersebut.

Adanya sikap diantara kita yang menganggap orang lain sebagai person yang tidak idealis, sebagai pengkhianat, sebagai orang bodoh dan yang sejenisnya hanya karena adanya perbedaan pilihan politik di pemilu kali ini sesungguhnya lahir karena tidak adanya penghargaan bahwa orang lain juga punya keyakinan, pengetahuan, serta pertimbangannya sendiri sebelum menentukan pilihan. Sikap semacam itu, menurut saya bukanlah sikap yang bijak dan dewasa yang ditunjukkan sebagai anak bangsa.

Percayalah, negara bangsa kita tidak akan runtuh hanya karena calon yang kita pilih kalah di pemilu. Pun, sebaliknya, republik ini juga tidak bisa kemudian akan serta merta berubah menjadi negara maju hanya karena calon kita memenangkan pemilu hari ini.

Percayalah, maju mundurnya republik ini  terjadi bukan semata ditentukan oleh satu orang saja, karena sesungguhnya bangsa kita ini akan maju dan berkembang jika kita semua, segenap anak bangsa ini bergandeng tangan memberikan yang terbaik yang kita bisa lakukan untuk bersama membangun bangsa.

Pemilu, selayaknya kita tempatkan sebagai sebuah kompetisi belaka, jangan kita tempatkan seakan-akan sebagai sebuah armageddon, perang akhir zaman, jika menang kita berjaya jika kalah maka besok akan kiamat.

Akhirnya, jika calon yang kita pilih menang janganlah jumawa sebaliknya jika calon yang kita pilih kalah marilah kita legawa. Ingatlah 5 tahun lagi akan ada pemilu serupa, bisa jadi yang sekarang jagoannya kalah besok ganti jagoannya menang dan sebaliknya.

Maka jika bersikaplah biasa saja, tidak usah berlebihan mensikapi hasil pemilu. Saatnya kita kembali berjabat tangan, bersatu demi bangsa dan negara kita tercinta.

Tabik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun