Mohon tunggu...
AyahArifTe
AyahArifTe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Ayah

Penulis dan mantan wartawan serta seorang ayah yang ingin bermanfaat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Segar

Yang Terberat dari Ramadan? (Tapi Ini Artikel Ringan Loh)

3 Mei 2022   17:08 Diperbarui: 3 Mei 2022   19:14 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Craig Adderley : Pexel.com

Apa yang terberat dari Ramadan? Kalau saya mendapatkan pertanyaan ini saya akan menjawab, yang terberat dari Ramadan adalah setelahnya. Iya, maksudnya yang terberat adalah setelah melewati masa berpuasa selama sebulan penuh. Boleh setuju atau tidak, tapi itulah yang selalu saya rasakan setiap lewat Ramadan. 

Kenapa begitu? Sebab, jangankan sebulan atau dua bulan atau beberapa bulan sesudah Ramadan, satu dan dua hari saja dari Ramadan kita sudah menghadapi ujian teramat 'berat' ... hahaha. Yaitu, bagaimana menahan hawa nafsu makan dan minum sepuasnya yang notabene adalah makanan yang mengandung karbohidrat berlebih. Ya, kan? Hayyooo ngaku deh yang merasa senasib ... hahaha. 

Saya selalu merasa gagal di hari Idulfitri setelah melewati 'pelatihan' selama Ramadan ketika kalap menyantap makanan-makanan lebaran. Bagaimana tidak? Selama puasa kan kita berlatih menahan hawa nafsu. Kok ya saat lebaran kita tiba-tiba lupa semua itu. Makanya saya paham kalau ada yang mengatakan bahwa saat Ramadan setan-setan diikat di neraka dan setelah lewat Ramadan ya dilepas ... makanya kita menjadi hedon kuliner lebaran ... haha. 

Tidak heran ada kawan yang melihat postingan saya tentang kandungan kalori makanan lebaran dia bilang, "Maaf Pak Arif, di hape saya postingan ini tidak bisa dibaca." Hahaha ... Upps .. jangan-jangan Anda salah-satu orang yang tiba-tiba mata menjadi rabun dekat secara total saat melihat gambar yang saya posting di sini juga nih ... hihihi. 

Istimewa
Istimewa

Itu baru soal makanan, belum lagi soal ibadah ... hmmm ... ini mungkin juga paling berat dari yang terberat. Bagaimana membiasakan ibadah selama Ramadan dilanjutkan di bulan-bulan berikutnya hingga Ramadan berikutnya. Saya sendiri mengaku ini merupakan praktek yang tak mudah. 

Saya sangat memahami bila ada orang yang mengatakan ingin sekali setiap bulan itu adalah Ramadan. Ya, mungkin enak sekali ya. Setiap bulan kita punya potensi mendapatkan ampunan dan berkah yang sama dengan ibadah seribu bulan dari keberkahan di malam Lailatuh Qadr.  

Tapi, ya begitulah Allah itu Maha Adil. Kita hanya diberi kesempatan untuk 'berlatih' selama sebulan yang kemudian kita diberi kesempatan untuk menerapkannya selama 11 bulan berikutnya hingga Ramadan lagi. Itu pula kenapa ada yang namanya puasa-puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa di bulan-bulan Islam lainnya yang pahalanya bisa sama saja dengan saat Ramadan. 

Bicara soal pahala saya pribadi selalu berprinsip pahala itu sama dengan manfaat pada diri sendiri. Misal, dalam hal berpuasa ... secara medis ternyata berpuasa itu manfaat besar sekali untuk kesehatan tubuh. Jadi pahala secara duniawi sudah bisa kita rasakan. Salat Tahajud pun secara medis ada manfaat yang yang luar biasa. Begitu juga dengan Shalat Subuh berjamaah di mesjid ... semua ada manfaat besar secara duniawi. Kalau manfaat secara akherat (pahala) itu urusan Allah deh ... Saya yakin Allah Maha Baik. 

Itulah kenapa saya heran pada diri saya sendiri (khususnya - sebelum ditunjuk netizen +62) dan orang-orang yang justru 'mabuk' dua hari ... dua hari loh ... setelah Ramadan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun