"Tolong ya, Sayang! Aku butuh bantuanmu." pesan yang begitu menggembirakan.
Dua bungkus mie yang sudah di dalam mangkok lengkap dengan bumbu dan cabe mentah potong menghiasi meja.
Harusnya mampu disantap dengan lahap. Harusnya keringat mengucur saking pedas dan nikmatnya. Harusnya kenyang begitu menenangkan.
Mie di dalam mangkok pun terlupakan. Kalah oleh sebuah panggilan sayang. Untuk yang tersayang. apa sih yang tidak bisa dilakukan. Seandainya diminta terbang pun pasti aku akan buat sayap buatan. Jika pun gugur dan tewas tentu tak ada kata penyesalan.
Minggu, 24 Januari 2021
Pukul 01.24
Dini hari
Kantuk pun tidak sanggup menyerang. Kalah oleh semangat ingin bercengkerama dalam kata sayang. Sayang yang hanya dalam ucapan dan kata-kata. Kita sadar kata itu hanyalah kata sapaan.
Ia begitu menggebu meminta sesuatu. Tanpa pikir panjang, aku bersedia memenuhinya dengan senang hati.
Padahal sejak pagi tak ada kabar berita sama sekali. Di telpon tak dianggkat. Ditulis pesan tak dibalas. Dengan prasangka baik. Mungkin oa sedang sibuk. Mungkin ia sedang sakit. Mungkin, dan kemungkinan lainnya.
Demikianlah seribu kemungkinan aku tanam. Seperti seandainya ada orang yang memegang alkohol di tangah. Sambil di mulutnya basah oleh alkohol itu, aku masih akan berkata, "Mungkin temanya menyiramkan alkohol itu kemulutnya."
Begitulah, setelah permohonannya aku penuhi. Seolah tak ada jaringan. Komunikasi mati! Dan aku benar-benar seorang diri. Lapar dan haus kembali menyelimuti. Padahal segelas penuh kopi masih terisi. Padahal sepiring jagus rebus tak berkurang.
Siap jadi pengganjal lapar, siap jadi penghilang dahaga. Jagung rebus dan kopi tak berharga sama sekali.
Senin, 25 Januari 2021
Pukul 02.01
Dini hari