Mohon tunggu...
Arif Nurindra Ramadhan
Arif Nurindra Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa/ S1/ Ilmu Ekonomi/ Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Punya komitmen tinggi, kalau belum tau nyatanya jangan menilai hanya dari katanya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Nasib UMKM Ekspor Indonesia di Tengah Perang Dagang AS-China, Apakah Bisa Bertahan?

13 April 2025   20:40 Diperbarui: 13 April 2025   20:40 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan Yang Membayangi

Keterbatasan akses modal bagi UMKM di Indonesia menjadi kendala utama dalam pengembangan usaha, terutama dalam hal pembiayaan bank. Meskipun skema KUR ada, namun masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ekspor UMKM. Kemudian masih ada kesenjangan kemampuan UMKM dalam mengadopsi teknologi. Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2024, sekitar 35% UMKM di Indonesia belum memanfaatkan teknologi digital secara optimal dalam operasional bisnis mereka. Meski angka ini menunjukkan sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya, kesenjangan digital tetap menjadi masalah yang signifikan. Adapun regulasi yang rumit, proses perizinan ekspor dan kepatuhan terhadap standar internasional (seperti EUDR untuk produk kayu) sering menjadi penghambat. Regulasi ini menetapkan standar untuk membatasi pembabatan hutan yang disebabkan oleh kegiatan kehutanan dan pertanian di seluruh dunia. Namun, implementasinya seringkali sulit dan memakan waktu serta importir yang melanggar persyaratan EUDR dapat dikenai denda yang sebanding dengan kerusakan lingkungan, setidaknya 4% dari total omzet tahunan dan dapat ditingkatkan jika perlu, penyitaan produk terkait, penyitaan pendapatan, hingga larangan sementara. Oleh karena itu, jika pemerintah dan industri di Indonesia, termasuk supplier kayu, furniture, dan komoditas lainnya, tidak segera menyesuaikan diri terhadap regulasi baru ini, diperkirakan ekspor produk-produk tersebut akan mengalami penurunan yang signifikan.

Jadi, nasib UMKM ekspor Indonesia di tengah perang dagang AS-China tidak sepenuhnya suram, tetapi memerlukan strategi adaptasi yang cepat dan masif. Untuk bertahan, UMKM harus memperkuat daya saing melalui digitalisasi, peningkatan kualitas produk, dan ekspansi ke pasar nontradisional. Di sisi lain, pemerintah perlu memperluas akses pembiayaan, mempermudah regulasi, dan membangun infrastruktur pendukung seperti pusat logistik ekspor dan pelabuhan khusus UMKM. 

Perang dagang AS-China bukan hanya ancaman, tetapi juga momentum bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada dua raksasa ekonomi tersebut. Dengan kolaborasi antara UMKM, pemerintah, dan pelaku industri, Indonesia berpotensi menjadi bintang baru dalam peta ekspor global, asal mampu mengubah tantangan geopolitik menjadi peluang inovasi. Jika tidak, gelombang proteksionisme dan disrupsi teknologi hanya akan mengubur UMKM dalam persaingan yang semakin tidak seimbang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun