Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Dialog Aku, Profesional (2)

7 Mei 2018   06:04 Diperbarui: 7 Mei 2018   08:05 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dan kemudian aku teringat kata-kata assesorku dulu, seorang psikolog yang mewawancaraiku ketika aku mandaftarkan diri di perusahaan ini, "Bekerja disini harus bisa dan mau melakukan apa saja. Seorang HRD harus bisa juga dasar-dasar riset. Seoarang RND harus mau juga berurusan dengan legal dan administrasi. Bahkan orang-orang administrasi-pun terkadang harus terjun ke bagian penjualan".

"Siap", itulah satu kata jawabanku dulu. Bagi seoarang manusia tanpa pengalaman kerja sepertiku dulu, tiada hal yang dapat menaikkan bargaining position untuk bisa diterima kecuali kata SIAP.  Dan mungkin itu juga yang membuatku diterima di perusahaan ini. Sebuah perusahaan jasa logistik pergudangan dan ekspedisi lintas pulau di Indonesia. Sudah cukup lama perusahaan ini berdiri. Lebih lama dibandingkan wajib belajar untuk pendidikan dasar.

"Profesional! Setiap kita harus menjadi pribadi yang profesioanal. Pribadi yang bisa melakukan pekerjaan spesifiknya dengan sangat baik. Pribadi yang juga bisa melakukan semua pekerjaannya dengan sama baiknya. Memang seperti itulah profesional zaman sekarang, bisa menghandel semua pekerjaan yang ada", semacam kalimat default yang sengaja didoktrinkan setiap briefing pagi yang dilakukan setiap hari. Kalimat-kalimat yang menegas dan membuktikan ucapan assesor tempo hari.

Harapan terbesar selain mendapatkan bayaran atas pekerjaan  yang dilakukan adalah kesempatan untuk belajar banyak sekali hal. Memangnya apa yang lebih menguntungkan dibandingkan kesempatan untuk belajar menguasai banyak bidang pekerjaan?

Semua dibuktikan secara tuntas saat bekerja. Seorang RND sepertiku, selain harus mengembangkan metode pengiriman komoditas pertanian agar tidak rusak selama perjalanan atau mengembangkan metode efisiensi muatan juga harus mengerti legal untuk perijinan-perijinan serta proses lelang.

Dan sekali lagi, bagi orang dengan nol pengalaman kerja sepertiku, tidak ada yang lebih menguntungkan dibandingkan kesempatan untuk belajar dan menguasai banyak hal. Tidak mudah memang mengerjakakan sesuatu di luar bidang keahlian. Tetapi disitulah letak tantangannya. Potensi pembelajarannya. Sesuatu yang dimulai dari hal yang tidak nyaman.

Sampai pada saat aku sedang meeting berdua dengan pimpinan, datanglah seoarang HR yang lebih senior daripada aku. Langsung saja beliau berkata tanpa mempedulikan aku yang juga berada disitu.

"Pak, saya merasa perusahaan kita ini harus benar-benar profesional. Setiap karyawan harus bekerja sesuai dengan jobdes nya masing-masing. Karyawan harus menguasai bidangnya terlebih dahulu baru bisa membantu pekerjaan  yang lain. 

Yang terjadi, semua karyawan bisa belajar apapun disini, tetapi tak satupun yang bisa menguasai satu bidangpun karena waktnya tersita untuk mengerjakan banyak bidang.

Yang saya amati, semua yang terjadi bukanlah aktualisasi dari profesioanlisme jaman sekarang seperti yang setiap hari Bapak sampaikan. Semuanya hanya wujud dari efisiensi. Itupun sebuah efisiensi yang semu. Karena pada kenyataannya, satu orang yang mengerjaan pekerjaan di bagian lain, dia telah meninggalkan pekerjaan utamanya. Bukankah meninggalkan pekerjaan utamanya merupakan bentuk inefisiensi yang nyata?"

"Baik Pak, Usulan Bapak akan saya tampung dan mungkin segera saya realisasikan", Jawab pimpinan dengan singkat.

Briefing pagi seperti biasa. Yang berbeda, ada sesi diperkenalkanya karyawan baru yang baru masuk hari ini. Dia adalah pengganti HR yang lama. Dan pimpinan memberi sambutan seperti biasanya, "Profesional! Setiap kita harus menjadi pribadi yang profesioanal. Pribadi yang bisa melakukan pekerjaan spesifiknya dengan sangat baik. Pribadi yang juga bisa melakukan semua pekerjaannya dengan sama baiknya. Memang seperti itulah profesional zaman sekarang, bisa menghandel semua pekerjaan yang ada".

"Dia pengganti HR lama yang dipecat. Beberapa hari yang lalu HR lama mengeluhkan soal pekerjaan utamanya sebagai HR yang belum kelar tetapi sudah diminta untuk mensupiri bos keluar kota. Dan itu berlangsung tidak sekali dua kali. Itu juga yang mungkin membuatnya nekat menyampaikan pandangannya kepada bos", kata seorang di sebelahku kepada orang lain saat briefing masih berlangsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun