Mohon tunggu...
Arif Khunaifi
Arif Khunaifi Mohon Tunggu... Administrasi - santri abadi

Manusia biasa dari bumi Indonesia .:. Ingin terus belajar agar bermanfaat bagi alam semesta... .:. IG & Twitter: @arifkhunaifi .:. Facebook: Arif Khunaifi .:.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Relasi Puasa dan Fotografi

19 Mei 2018   08:50 Diperbarui: 19 Mei 2018   08:52 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
thecloudedlens.wordpress.com

Dalam dunia fotografi, pengambilan gambar dengan teknik Slow Speed dapat menghasilkan gambar yang begitu indah dan menawan. Objek malam berupa lampu mobil dan sepeda motor di jalanan yang diambil dari tempat tinggi seperti menyatu dalam cahaya panjang tanpa putus.

Begitu pula dengan hasil foto lampu senter yang diputar,  membuahkan hasil foto ber-aura seperti cahaya yang melingkar. Belum lagi dengan air terjun dan ombak di lautan yang hasil fotonya menjadi lembut seperti kapas.

Ya. Hasilnya memang indah dan menawan. Namun perlu diketahui untuk mengambil satu foto dengan teknik ini membutuhkan kesabaran ekstra dan tidak asal jepret seperti halnya foto biasa. Jari yang digunakan menekan tombol tuas harus ditekan beberapa waktu tertentu. Jika sedikit saja bergoyang, hasilnya juga tidak maksimal.  

Sebuah teknik pengambilan gambar yang hampir langka dilakukan oleh anak-anak muda era mileneal, karena mereka lahir di era foto serba digital. Tahunya tinggal jepret, baik lewat kamera maupun Hand Phone.

Salah satu hal yang menjadikan jenis foto menjadi indah dan menawan dikarenakan proses penyerapan cahaya dalam waktu berlangsung lama, ISO yang rendah, diafragma kecil dan dengan sokongan tripot.

Slow Speed dengan Puasa

Dalam dunia nyata, para pendahulu kita melakukan proses tirakat dan riyadhoh dengan ilmunya untuk menghasilkan akhlak yang indah dan mulia dalam kehidupan mereka. Berbagai macam hal teknik penyerapan cahaya ilahiyah dilakukan seperti dengan puasa, i'tikaf, semedi, sholat malam, dzikir dan lain sebagainya.

Jika melakukan hal tersebut, waktu akan terasa lama dari biasanya. Di kesempatan waktu yang terasa lama itulah mereka menghasilkan karya-karya dengan macam-macam faedahnya baik itu diri sendiri maupun bagi orang lain.

Contohnya dalam puasa. Waktu sebenarnya dirasakan bergerak lebih lambat dari biasanya. Namun justru mereka yang belum mendalami ilmu tirakat berupa puasa, dia ingin melakukan hal-hal yang menjadikan puasa terasa lebih cepat. Seperti ikut (KHM) Komunitas Handphone Miring Mobile Legend alias selalu main game, ngababurit dan berbagai macam aktifitas kurang berguna lainnya.

Padahal dengan waktu berjalan lambat itu sebenarnya bisa berdaya guna untuk membaca, menulis buku, menolong fakir miskin serta gerakan kreatifitas lainnya. Proses lamanya bersusah payah dengan kesabaran itulah yang akan menghasilkan keindahan yang dipetik pada kemudian hari.

Pada masa tirakat inilah sensitifitas rasa biasanya menjadi lebih peka sehingga bisa merasakan hal-hal yang jauh darinya apalagi yang dekat. Seperti merasakan jantung yang berdetak, bunyi tiap perubahan detik pada jam tangan maupun jam dinding, bisa mendengar keluar masuknya nafas sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun