"Kamu sudah bekerja puluhan tahun, tapi kenapa masih sulit menabung untuk hari tua?"
Mungkin kamu pernah merenung di sudut tempat tidur saat malam terlalu sunyi. Mata sudah lelah, tapi pikiran belum selesai bekerja. Kamu memikirkan banyak hal: uang sekolah anak yang makin mahal, obat-obatan untuk orang tuamu yang terus bertambah, biaya hidup yang naik tak kenal ampun, dan tentu saja masa depanmu sendiri.
Kamu bekerja keras setiap hari, mencoba menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Tapi setiap bulan, uang yang masuk seperti hanya transit. Gaji datang, lalu pergi secepatnya. Untuk keperluan orang tua, anak-anak, rumah, dan tagihan. Untuk dirimu? Kadang tak tersisa.
Dan sekarang kamu bertanya-tanya, bisakah kamu pensiun dengan damai? Atau itu hanya ilusi?
Kamu Di Tengah, Menopang Dua Generasi
Kamu bukan satu-satunya. Di negeri ini, banyak orang sepertimu. Usia 30 hingga 50-an, produktif, terlihat mandiri dan stabil dari luar, tapi sebenarnya sedang berjuang menopang dua ujung kehidupan sekaligus.
Kamu membantu orang tua yang tak punya dana pensiun memadai, sambil membesarkan anak-anak yang belum bisa hidup mandiri. Kamu berada di tengah seperti isi dalam roti lapis. Kamu adalah generasi sandwich.
Beban ini bukan hanya soal uang. Ini tentang tanggung jawab moral, tentang rasa cinta, dan kadang juga tentang rasa bersalah. Kamu ingin orang tuamu hidup layak. Kamu ingin anak-anakmu punya masa depan. Tapi di tengah semua itu, kamu sering lupa dirimu juga butuh ruang untuk bernapas.
Pensiun yang Terlihat Jauh dan Mustahil
Kamu dulu pernah punya mimpi pensiun yang sederhana. Bukan kaya raya. Hanya ingin hidup tenang tanpa utang, menikmati pagi tanpa cemas, menanam bunga di halaman, atau duduk membaca buku tanpa harus memikirkan angka-angka di dompet.