Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homo Deus dalam Ancaman Covid-19

6 April 2020   10:12 Diperbarui: 6 April 2020   12:07 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sangat mungkin epidemi besar akan terus membahayakan manusia pada masa depan hanya jika umat manusia sendiri yang menciptakannya, demi kepentingan ideologi yang kejam. Era ketika manusia berdiri tak berdaya dihadapan epidemi alamiah mungkin sudah usai. Namun, kita bisa saja keliru (Harari, 2018: 15).

Yuval Noah Harari dalam buku Homo Deus (2018), menceritakan bahwa terdapat tiga masalah besar yang selalu menyibukkan pikiran orang China abad ke 20, orang India abad pertengahan dan orang Mesir kuno. 

Tiga masalah tersebut yaitu kelaparan, wabah, dan perang. Generasi demi generasi manusia sudah berdoa kepada Tuhan, Malaikat, dan Santa, serta telah menemukan tak terhitung alat, institusi, dan sistem sosial, tetapi mereka terus mati dalam jumlah jutaan akibat kelaparan, epidemi, dan kekerasan.

Tiga permasalahan besar yang selalu menghantui kehidupan umat manusia di muka bumi tersebut disebabkan karena, sepanjang sejarah masyarakat merasakan semua itu sebagai masalah yang tidak bisa dipecahkan sehingga menganggap tidak ada gunanya berusaha mengakhiri masalah-masalah tersebut. 

Orang-orang telah berdoa kepada Tuhan untuk menurunkan keajaiban, tetapi mereka sendiri tidak berbuat serius untuk menghentikan masalah kelaparan, wabah, dan peperangan.

Salah satu dari tiga masalah besar yang akan terus membahayakan umat manusia sekaligus sebagai pembahasan dalam tulisan ini adalah serangan wabah penyakit, virus mematikan yang dalam sekejab dapat menghilangkan jutaan nyawa manusia.

Mengenai serangan wabah penyakit, umat manusia saat ini tengah digemparkan dengan ancaman virus Corona (Covid-19). Penyebaran virus Corona yang mengancam manusia saat ini bahkan mengalihkan perhatian dunia. 

Hal ini karena virus tersebut dapat merenggut banyak nyawa dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sementara vaksin yang dapat digunakan untuk membunuh virus tersebut hingga kini masih dalam tahapan uji laboratorium.

Berbicara tentang wabah, sesungguhnya bukan suatu hal baru kehidupan manusia diteror oleh wabah global. Pada abad ke 21 saja, terjadi beberapa kasus wabah yang mendunia. 

Seperti wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome), Flu Babi (H1N1), Flu Burung (H7N9), MERS (Middle East Respirator Syndrome), dan Ebola. 

Bahkan wabah global yang disebabkan oleh Virus Corona pernah terjadi pada tahun 2003. Hanya saja saat itu wabah tersebut lebih populer dengan sebutan SARS atau Sindrom Pernapasan Akut Berat.

Jika kita menelusuri lebih jauh ke belakang pada tahun 1330 misalnya, meletus suatu tragedi yang dikenal dengan nama "Maut Hitam". Salah satu wabah yang begitu dahsyat dan meneror sebagian besar masyarakat dunia kala itu. 

Tragedi yang disebabkan oleh bakteri yang menumpang kutu Yersenia petis itu melanda Asia Timur, lalu ke Eropa, Afrika Utara hingga ke daerah pesisir Samudera Atlantik. Korban yang berjatuhan pun sangat banyak, yaitu 75 juta sampai 200 juta akibat bakteri tersebut.

Selanjutnya pada tahun 1520, kembali terjadi ledakan teror dari epidemi baru yang lebih mengerikan. Berawal dari seorang budak Afrika yang dibawa oleh tentara Spanyol ke Meksiko yang telah terinfeksi penyakit cacar (smallpox). Virus tersebut kemudian menyebar dan menjangkiti seluruh penduduk kota di Meksiko. Naas, 8 juta jiwa penduduk Meksiko meninggal dalam tempo tidak lebih dari 10 bulan.

Ancaman virus mematikan belum berhenti. Pada tahun 1918 Flu Spanyol yang awalnya melanda negeri Matador mewabah ke seantero dunia. Di seluruh dunia, wabah "Flu Spanyol" berhasil menewaskan 50 hingga 100 juta jiwa dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah korban dari serangan Flu Spanyol bahkan lebih banyak dari korban perang dunia pertama yang hanya menewaskan 40 juta jiwa selama empat tahun.

***
Terlepas dari serangan wabah penyakit mematikan yang mengancam penduduk dunia, hal lain yang menyebabkan lahirnya wabah-wabah baru yang menyerang manusia sangat berhubungan dengan aktivitas manusia itu sendiri. Sebab, manusia telah menulis ulang aturan permainan. 

Manusia telah berhasil merubah ekosistem global dengan cara radikal dan belum pernah terjadi sebelumnya. Manusia telah menggantikan seleksi alam dengan desain inteligensia, dan meluaskan kehidupan dari alam organik menuju alam anorganik.

Jared Diamond (2014) dalam bukunya Collapse: Runtuhnya Peradaban-Peradaban Dunia, menjelaskan bahwa setiap kali peperangan dan penaklukan bangsa-bangsa terjadi, sering kali hadir secara bersamaan penyakit (virus) yang menyerang umat manusia. 

Ia menambahkan bahwa faktor ekologi atau bunuh diri ekologi (ecological suicide) juga turut berperan dalam runtuhnya peradaban dunia. Dalam situasi seperti ini, biasanya terjadi perubahan sosial hingga jatuhnya suatu rezim.

Melihat kasus Corona dari sudut pandang ekologi adalah salah satu bentuk bencana kesehatan lingkungan. Lingkungan hidup cenderung dimaknai sebagai sumber daya yang potensial dieksploitasi. 

Kesadaran memandang lingkungan sebagai aset yang membutuhkan pelestarian demi anak cucu masih sangat lemah. Atas nama pembangunan dan ekonomi, lingkungan kerap dipinggirkan dan dikorbankan. Konsep pembangunan berkelanjutan yang menjembatani keduanya masih terkesan minim dan kurang implementasi. Akhirnya, kondisi lingkungan (bumi) yang sudah semakin sakit merespon dengan mencoba memperbarui dirinya sendiri.

Disamping itu, mewabahnya virus Corona sampai sejauh ini, banyak kalangan termasuk kalangan enviromentalism menyakini bahwa virus Corona ini berasal dari alam. Karena virus ini kehilangan inangnya maka ia pun menyerang manusia dan menjadikan manusia sebagai inangnya.

Eksploitasi manusia untuk memuaskan hasratnya telah merusak habitat hewan secara signifikan memaksa hewan untuk kontak langsung dengan manusia.

Mengutip perkataan Dr. Enric Sala, seorang ekolog kelautan dari National Geographics bahwa, akan ada banyak penyakit seperti covid-19 di masa akan datang jika manusia masih tetap melanjutkan praktek merusak alam, deforestasi, dan penangkapan hewan liar sebagai peliharaan, makanan, ataupun obat-obatan. Artinya bahwa virus corona tidak akan menjadi pandemi terakhir di muka bumi jika manusia tidak merubah sikap dan perilakunya.

***

Diakhir tulisan ini penulis mengutip perkataan dari Yufal Noah Harari yang mengatakan, bahwa era ketika manusia berdiri tak berdaya dihadapan epidemi alamiah mungkin sudah usai. 

Namun, kita bisa saja keliru. Memang, manusia (Sapiens) telah menganggap dirinya adalah Homo Deus, berkat kemampuan akal pikirannya yang mampu menguasai kehidupan. Tetapi, Jared Diamond telah mengingatkan pada kita bahwa kekeliruan membuat keputusan akan menyebabkan bangsa (umat manusia) ini mempercepat kepunahan diri. Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun