Mohon tunggu...
Arifin Muhammad Ade
Arifin Muhammad Ade Mohon Tunggu... Buruh - Pemerhati Lingkungan

"Aku tidak punya cukup uang untuk mengelilingi dunia, tapi dengan buku aku dapat mengenal dunia"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homo Deus dalam Ancaman Covid-19

6 April 2020   10:12 Diperbarui: 6 April 2020   12:07 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kita menelusuri lebih jauh ke belakang pada tahun 1330 misalnya, meletus suatu tragedi yang dikenal dengan nama "Maut Hitam". Salah satu wabah yang begitu dahsyat dan meneror sebagian besar masyarakat dunia kala itu. 

Tragedi yang disebabkan oleh bakteri yang menumpang kutu Yersenia petis itu melanda Asia Timur, lalu ke Eropa, Afrika Utara hingga ke daerah pesisir Samudera Atlantik. Korban yang berjatuhan pun sangat banyak, yaitu 75 juta sampai 200 juta akibat bakteri tersebut.

Selanjutnya pada tahun 1520, kembali terjadi ledakan teror dari epidemi baru yang lebih mengerikan. Berawal dari seorang budak Afrika yang dibawa oleh tentara Spanyol ke Meksiko yang telah terinfeksi penyakit cacar (smallpox). Virus tersebut kemudian menyebar dan menjangkiti seluruh penduduk kota di Meksiko. Naas, 8 juta jiwa penduduk Meksiko meninggal dalam tempo tidak lebih dari 10 bulan.

Ancaman virus mematikan belum berhenti. Pada tahun 1918 Flu Spanyol yang awalnya melanda negeri Matador mewabah ke seantero dunia. Di seluruh dunia, wabah "Flu Spanyol" berhasil menewaskan 50 hingga 100 juta jiwa dalam kurun waktu satu tahun. Jumlah korban dari serangan Flu Spanyol bahkan lebih banyak dari korban perang dunia pertama yang hanya menewaskan 40 juta jiwa selama empat tahun.

***
Terlepas dari serangan wabah penyakit mematikan yang mengancam penduduk dunia, hal lain yang menyebabkan lahirnya wabah-wabah baru yang menyerang manusia sangat berhubungan dengan aktivitas manusia itu sendiri. Sebab, manusia telah menulis ulang aturan permainan. 

Manusia telah berhasil merubah ekosistem global dengan cara radikal dan belum pernah terjadi sebelumnya. Manusia telah menggantikan seleksi alam dengan desain inteligensia, dan meluaskan kehidupan dari alam organik menuju alam anorganik.

Jared Diamond (2014) dalam bukunya Collapse: Runtuhnya Peradaban-Peradaban Dunia, menjelaskan bahwa setiap kali peperangan dan penaklukan bangsa-bangsa terjadi, sering kali hadir secara bersamaan penyakit (virus) yang menyerang umat manusia. 

Ia menambahkan bahwa faktor ekologi atau bunuh diri ekologi (ecological suicide) juga turut berperan dalam runtuhnya peradaban dunia. Dalam situasi seperti ini, biasanya terjadi perubahan sosial hingga jatuhnya suatu rezim.

Melihat kasus Corona dari sudut pandang ekologi adalah salah satu bentuk bencana kesehatan lingkungan. Lingkungan hidup cenderung dimaknai sebagai sumber daya yang potensial dieksploitasi. 

Kesadaran memandang lingkungan sebagai aset yang membutuhkan pelestarian demi anak cucu masih sangat lemah. Atas nama pembangunan dan ekonomi, lingkungan kerap dipinggirkan dan dikorbankan. Konsep pembangunan berkelanjutan yang menjembatani keduanya masih terkesan minim dan kurang implementasi. Akhirnya, kondisi lingkungan (bumi) yang sudah semakin sakit merespon dengan mencoba memperbarui dirinya sendiri.

Disamping itu, mewabahnya virus Corona sampai sejauh ini, banyak kalangan termasuk kalangan enviromentalism menyakini bahwa virus Corona ini berasal dari alam. Karena virus ini kehilangan inangnya maka ia pun menyerang manusia dan menjadikan manusia sebagai inangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun