Mohon tunggu...
Arifin Biramasi
Arifin Biramasi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Pegiat Sosial, Politik, Hukum

Selanjutnya

Tutup

Financial

Otoritas Moneter: Berlomba Menjinakkan Inflasi

8 Mei 2024   06:32 Diperbarui: 8 Mei 2024   07:19 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pijar News

"Eskalasi Konflik antara Iran Vs Israel ketika sedang memanas, mungkin telah berpengaruh pada perekonomian global, termasuk Indonesia".

Potensi naiknya harga minyak mentah dunia akibat konflik geopolitik di Timur Tengah juga memicu kekhawatiran akan kenaikan laju inflasi di sejumlah negara, salah satunya di Amerika Serikat. 

Bila laju inflasi di Amerika masih tinggi kecil kemungkinan bank sentral Amerika Serikat, akan menurunkan tingkat suku bungannya yang membuat indeks dolar menguat dan semakin menekan mata uang dunia, termasuk rupiah.

Pada Kamis 18 April 2024 pagi, tercatat nilai tukar rupiah ada di level 16.173 per dolar Amerika menguat tipis 0,29%. Nilai tukar rupiah tercatat menembus 16.000 per dolar sejak pembukaan perdagangan pasca libur panjang Lebaran.

Inflasi sekarang dipicu kurangnya pasokan energi yang sangat dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi. Ketika harga energi melonjak, maka biaya produksi dan distribusi juga naik. Jenis inflasi ini disebut cost-push inflation, yaitu inflasi yang dipicu oleh kenaikan biaya produksi kemudian berdampak terhadap naiknya harga.

Dalam konteks ekonomi Indonesia, perlu dicermati dengan baik dan dimitigasi resiko yang membawa dampak secara langsung, karena bersamaan dengan konflik politik global ini, rupiah juga terus mengalami penurunan.

Tercatat rupiah Masih ditutup melemah 81 poin dalam perdagangan Jumat 19/ April 2024 sore. Rupiah ditutup di level 16.260 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 16.179 per dolar AS.

Berikut prediksi dampak konflik Iran vs Israel.

Kini, bertahannya penguatan dollar, selain konflik Timur Tengah yang memanas, juga karena pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, semalam, bahwa inflasi AS masih belum terlihat kemajuan berarti untuk turun ke target 2 persen," kata Ariston dalam keterangannya, SERAMBINEWS.COM, JAKARTA (17/4/2024).

Sementara Ekonom dan Mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan terkait dengan IHSG, sebenarnya sudah terguncang oleh tingkat suku bunga tinggi sebelum adanya konflik Iran dan Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun