Mengurangi pengangguran menjadi prioritas di era Pemerintah Presiden RI, Joko Widodo. Salah satu cara yang dilakukan melalui sektor pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi 'percobaan' untuk memangkas pengangguran yang merajalela.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Tingkat Pengangguran Terbuka (TBT) terhitung Ferbuari 2019 berada di angka 5,01 persen. Angka ini mengalami penurunan dari  5,13 persen, artinya ada pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 50 ribu orang dari 6,87 juta orang menjadi 6,82 juta orang. Yang lebih mengerikan, angka pengangguran didominasi di perkotaan yang mencapai 6,3 persen, sedangkan pedesaan tercatat hanya 3,45 persen.
Fakta ini membuat 'miris' semua komponen, karena pengangguran masih sulit dihilangkan secara permanen. Bahkan Jawa Timur mencatat, jumlah pengangguran yang beredar didominasi lulusan SMK dengan catatan angka mencapai 16,82 ribu orang pengangguran, sebanyak 6,84 persen merupakan lulusan SMK.
Catatan BPS ini menjadi pukulan telak bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur. SMK yang di gadang-gadang sebagai sekolah khusus dengan dibekali ketrampilan, ternyata menjadi penyumbang pengangguran terbesar.
Dinas Pendidikan (Dindik) Jawa Timur yang menjadi institusi pemegang SMK secara langsung memutar otak. Mereka tidak ingin dipermalukan kembali, berbagai terobosan mulai dicari untuk menjadikan SMK layak untuk tenaga industri.
Salah satu upaya meningkatkan kapasitas SMK layak untuk industri adalah memperbanyak praktek dengan melibatkan industri secara langsung. Saat ini mulai tanggal 8 hingga 10 Oktober 2019, Dindik memanggil siswa-siswa SMK dari 38 kabupaten/kota. Mereka merupakan siswa terpilih dari kota masing-masing. Dengan membawa nama daerahnya, mereka beradu skill menunjukan hasil pembelajaran di sekolah masing-masing.
Siswa SMK ini akan melakukan service gratis untuk pengemudi grab area Surabaya. Juga pengunjung-pengunjung yang ingin motor di service anak-anak SMK ini. Di hari pertama ini, cukup banyak motor yang diservice, tercatat sekitar 100 motor telah diselesaikan siswa SMK ini dalam sehari. Mereka ingin membuktikan kalau pembelajaran yang dilakukan membuahkan hasil, bahkan mereka menegaskan siap untuk bekerja. "Kami siap untuk bekerja," ucap Faris Prasetyo, siswa asal Kabupaten Jombang.
Menurut Faris, tidak ada perbedaan yang mencolok antara proses praktek di sekolah dengan proses pembenahan dilapangan secara langsung. Hanya saja, proses pengelolaan dalam event service gratis ini dilakukan secara online, mulai pendafataran hingga proses service selesai. "Online semua, di sini pengelolaannya yang bagus," ujar Imam, siswa SMK dari Banyuwangi.
Kedua siswa ini sangat serius memplototi motor yang sudah terparkir di area tenda. Satu-persatu, motor mulai dicopoti, untuk melakukan service. Sembari mengusap keringatnya, mereka terus bekerja untuk membuktikan kemampuan kepada masyarakat, kalau siswa SMK sudah siap bekerja dan masuk dunia industri.
Mereka tidak ingin dicap sebagai penyumbang pengangguran terbesar di Jatim, karena SMK memiliki ketrampilan khusus yang harus diakui masyarakat. "Sebisa mungkin kita akan melatih skill mereka. Mereka akan diasah supaya jam terbang tinggi dengan alat-alat yang canggih, bukan manual lagi," papar Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono.