Mohon tunggu...
Arif Alfi Syahri
Arif Alfi Syahri Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

"Hanya Mahasiswa biasa yang mencoba untuk berkarya." •Jurusan : PAI, STAI-PIQ Sumatera Barat •Instagram : @muhammadarifalfisyahri •Email : arifalfisyahri94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Holocaust, Sebuah Tragedi Berdarah dalam Sejarah

22 Mei 2021   10:09 Diperbarui: 22 Mei 2021   14:38 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source: usnews.com

 Kata "Holocaust" sendiri berasal dari kata Yunani yaitu "holos" (utuh) dan "kaustos" (dibakar), secara historis digunakan untuk menggambarkan persembahan korban yang dibakar di atas altar.  

 Sejak 1945, kata tersebut memiliki arti baru dan mengerikan yakni penganiayaan yang disponsori oleh negara secara sistematis atas pembunuhan massal terhadap jutaan orang Yahudi Eropa (serta jutaan orang lainnya, termasuk orang-orang Romawi, penyandang cacat intelektual, pembangkang dan homoseksual) yang dilakukan oleh rezim Nazi Jerman antara tahun 1933 dan 1945.

 Bagi pemimpin Nazi anti-Semit Adolf Hitler, orang Yahudi adalah ras yang lebih rendah, ancaman asing bagi kemurnian rasial dan komunitas Jerman. 

 Selama bertahun-tahun pemerintahan Nazi berkuasa di Jerman selama itu pula orang-orang Yahudi terus-menerus dianiaya, kebijakan Hitler yang sekarang dikenal sebagai Holocaust membuahkan hasil di bawah kedok Perang Dunia II, dengan pusat pembantaian massal dibangun di kamp konsentrasi di Polandia yang diduduki sekitar enam juta orang Yahudi dan sekitar 5 juta lainnya, yang menjadi sasaran alasan ras, politik, ideologis, dan perilaku, tewas dalam tragedi Holocaust, termasuk lebih dari satu juta anak-anak. 

 Anti-Semitisme di Eropa tidak dimulai dengan Adolf Hitler. Meskipun penggunaan istilah itu sendiri baru dilakukan pada tahun 1870-an, ada bukti permusuhan terhadap orang-orang Yahudi jauh sebelum Holocaust bahkan sejauh dunia kuno, ketika otoritas Romawi menghancurkan kuil Yahudi di Yerusalem dan memaksa orang Yahudi meninggalkan Palestina.

 Pada abad ke-19 Napoleon dan penguasa Eropa lainnya memberlakukan undang-undang yang mengakhiri pembatasan lama terhadap orang Yahudi.  Namun, perasaan anti-Semit bertahan, dalam banyak kasus mengambil karakter rasial daripada agama.

 Bahkan di awal abad ke-21, peninggalan Holocaust tetap ada. Pemerintah Swiss dan lembaga perbankan dalam beberapa tahun terakhir mengakui keterlibatan mereka dengan Nazi dan membentuk dana untuk membantu para penyintas Holocaust dan korban pelanggaran hak asasi manusia lainnya, genosida, atau bencana lainnya.

 Akar dari label anti-Semitisme Hitler sangat ganas dan tidak jelas. Lahir di Austria pada tahun 1889, ia bertugas di tentara Jerman selama Perang Dunia I. Seperti banyak anti-Semit lainnya di Jerman, ia menyalahkan orang-orang Yahudi atas kekalahan negara tersebut pada tahun 1918. Segera setelah perang berakhir, Hitler bergabung dengan Partai Pekerja Nasional Jerman, yang kemudian berubah menjadi Partai Pekerja Sosialis Jerman Nasional (NSDAP) dan dikenal oleh penutur bahasa Inggris sebagai Nazi. 

 Ketika dipenjara karena pengkhianatan atas perannya dalam Beer Hall Putsch tahun 1923, Hitler menulis memoar dan traktat propaganda "Mein Kampf" (Perjuanganku), di mana ia meramalkan perang Eropa umum yang akan mengakibatkan "pemusnahan ras Yahudi  di Jerman."

 Hitler begitu terobsesi dengan gagasan superioritas ras Jerman "murni", yang ia sebut "Arya," dan dengan kebutuhan "Lebensraum," atau ruang hidup, agar ras itu berkembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun