Nyamber berikutnya yang kudu dijaga juga adalah memencet share untuk sesuatu yang bahkan belum kita ketahui kebenarannya. Model begini biasanya ditandai dengan "Jika ini benar, maka...." atau "Semoga ini tidak benar. Bagaimana (sebut nama instansi)?". Tombol share itu ketika kontennya kebohongan kan jatuhnya menyebarkan kebohongan. Kasihan dong sudah puasa, tapi sudah dapat lapar dan hausnya saja, tapi ibadahnya tidak, hanya gara-gara jempol yang ngebet banget pengen nge-share.
Ini hal sulit. Apalagi kalau sudah sedang lapar-laparnya dan nihil kesibukan, yang dilihat ya hanya media sosial. Gawai sekarang nggak ada game, tapi ada FB, Twitter, atau Instagram. Unggahan, walaupun feed sudah dibersihkan, kita kadang nggak tahu kalau tiba-tiba ada teman berubah jadi militan politik. Jadi, penggoda hati untuk berbuat buruk di media sosial itu munculnya begitu konstan, begitu sehari-hari.
Menurut saya, gerakan menjaga hati harusnya tidak pas momen bulan Ramadan saja. Tapi setiap hari, ya, kecuali kalau pekerjaannya adalah buzzer yang memang hatinya ditinggal di rumah...
...hehehe~