Mohon tunggu...
Ariel Matsuyama
Ariel Matsuyama Mohon Tunggu... Novelis - A man who will rule everything

Bertarung atas nama Dendam

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Fanfic Kamen Rider Blitzer, Episode 1: "Hobi Membunuh"

16 April 2019   18:36 Diperbarui: 16 April 2019   19:38 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kota Zippon - Jepang, Kamis 09 Januari 2020, pukul 23:32.

Di sebuah gubuk kecil dekat jalan raya yang sepi serta berpenerangan minim, dua orang pria nampak sedang asyik bermain catur. Yang satu rambutnya gondrong dan brewokan, serta berbadan besar, ia mengenakan kaos putih bergambar tengkorak dengan balutan rompi berwarna hitam, celana jeans sobek-sobek warna putih, serta sepatu 'pantovel' hitam bertali hitam. Sedangkan yang satu lagi berbadan kurus dan rambutnya punk, setelan pakaian yang dia kenakan ialah kaos hitam yang ditiban dengan jaket berwarna putih, celana panjang hitam, dan sepatu pantovel yang mirip dengan pantovel si gondrong.

"Skak!" seru si kurus berambut punk seraya menempelkan salah satu bidak catur berwarna hitam pada salah satu kolom putih di papan catur.

Ekspresi si rambut gondrong langsung terkejut kala ia tahu kalau dirinya sudah mati langkah dalam permainan tersebut. "Salut aku dengan orang yang bernama Masato ini! Hampir setiap kali tanding catur denganmu, aku kalah terus," ujarnya.

Masato terkekeh. "Kazuki... Kazuki. Aku gitu loh! Di kampung halamanku, tidak ada yang bisa mengalahkanku main catur!"

"Sombong kau!" balas Kazuki si rambut gondrong.

"Oh iya, perasaan daritadi jalanan ini sepi sekali," ucap Masato seraya menengok ke kiri, ke arah jalan raya kecil yang terletak tak jauh dari gubuk tempat dia main catur.

Kazuki menoleh ke arah yang sama. "Iya! Kalau seperti ini kita tidak akan memegang uang besok."

Masato menghela nafas, lalu menyandarkan tubuhnya di tembok gubuk dengan kedua tangan melipat di belakang kepala.

"Coba kita tunggu dulu saja sampai jam dua belas. Lewat dari itu, kalau tidak ada sama sekali orang yang lewat sini, kita pulang!"

"Oke deh," balas Kazuki. Namun, tiba-tiba, ia tersentak. Ia yang seperti mendengar suara laju motor menuju ke arah gubuk yang ia tempati lalu menoleh ke arah belakang gubuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun