"Interview itu panggung mini dengan sorotan besar, tapi kadang yang paling berbakat malah nggak sempat naik ke atasnya."
Akhir Februari kemarin, aku pulang dari tempat om dan tanteku. Di Stasiun Pasar Senen, aku duduk menunggu kereta dan tanpa sengaja bertemu seorang mas-mas yang obrolannya masih nempel di kepala sampai sekarang.
Kami ngobrol ringan, lalu dia bilang: "Kerja itu nggak susah. Yang susah itu masuknya. Interview dan tes itu kan bener-bener kemampuan sendiri. Pas kerja mah, bisa nanya temen, bisa Googling."
Kalimat itu nyantol banget di kepala. Karena ya, kalau dipikir-pikir, bener juga. Proses masuk kerja sering kali lebih melelahkan daripada kerja itu sendiri. Terutama buat kita, Gen Z.
"Ceritakan tentang dirimu." --- Pertanyaan Sejuta Tekanan
Kalimat ini kelihatannya sepele, tapi bisa bikin otak nge-blank. "Ceritakan tentang dirimu" kedengarannya gampang, tapi buat sebagian besar dari kita, itu kayak disuruh ngebuka semua isi kepala dan hati dalam waktu satu menit.
Kita punya banyak cerita---tentang perjalanan hidup, pencapaian, bahkan kegagalan yang membentuk siapa kita sekarang.
Tapi merangkumnya dalam satu paragraf singkat dan menyampaikannya dengan nada percaya diri? Itu butuh latihan, dan nggak semua orang terbiasa tampil seperti itu.
Kita tumbuh di era kolaborasi. Di sekolah, kita kerja kelompok. Di organisasi, kita diskusi bareng. Di media sosial, kita belajar bareng. Tapi saat interview, tiba-tiba semuanya berubah jadi solo performance.
Kita dituntut tampil percaya diri, padahal kenyataannya nggak semua orang bisa menjual diri tanpa terdengar sombong. Harus cepat, yakin, dan 'menjual diri' dalam waktu singkat.
Rasanya kayak main drama satu babak tanpa naskah. Dan buat banyak Gen Z, ini bukan tentang nggak mampu, tapi lebih ke belum terbiasa tampil dalam format seperti itu.
Gen Z Bisa, Tapi Nggak Dikasih Ruang
Banyak dari kita yang mungkin sudah terbiasa menyelesaikan proyek kreatif, bikin desain, edit video, atau bahkan bangun aplikasi sendiri dari nol.