Mohon tunggu...
Ariel Hosea
Ariel Hosea Mohon Tunggu... Mahasiswa

20 y.o | mahasiswa s1 sistem informasi ( semester 6 ) di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto | gen z yang menulis | awalnya karena coba-coba lalu jadi hobby | lewat tulisan, saya ingin berbagi | lewat tulisan, saya ingin tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mudik: Perjalanan Penuh Pelajaran

22 Maret 2025   11:09 Diperbarui: 22 Maret 2025   11:09 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen mudik | Sumber: Ilustrasi AI

"Mudik bukan sekadar perjalanan pulang. Ini juga perjalanan untuk belajar dan menjadi manusia yang lebih baik."

Prolog

Ramadan hampir usai, dan momen yang paling dinanti oleh jutaan orang di Indonesia pun tiba: mudik. Bagi keluarga kecil ini---Ayah, Ibu, dan Dafa---mudik bukan sekadar perjalanan pulang, tetapi juga perjalanan penuh pelajaran.

Tahun ini, mereka kembali ke kampung halaman dengan mobil pribadi. Namun, sebelum berangkat, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Dan dalam perjalanan, banyak pula hal yang akan mereka temui.

Santai Tapi Selamat: Kunci Mudik Aman

Suasana rumah pagi itu sibuk. Ayah sedang mengecek tekanan ban mobil, oli, dan air radiator. Ibu memastikan semua barang bawaan sudah tertata rapi.

Sementara itu, Dafa, anak semata wayang mereka yang baru berusia 10 tahun, mondar-mandir dengan wajah gelisah.

"Ayah, ayo buruan! Nanti keburu macet!" Dafa berseru sambil melompat-lompat di dekat mobil.

Ayah hanya tersenyum sambil tetap memeriksa kendaraan. "Tenang, Nak. Kita nggak perlu buru-buru. Keselamatan lebih penting daripada cepat sampai."

"Iya, Dafa," tambah Ibu, "Jalanan pasti ramai. Kalau kita terburu-buru, justru bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain."

Dafa mendengus pelan, tapi akhirnya memilih duduk di kursi belakang sambil memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat.

Hemat Energi, Kurangi Jejak Karbon: Perjalanan Ramah Lingkungan

Setelah beberapa jam perjalanan, matahari mulai terik. Kemacetan panjang tak terhindarkan. Mobil-mobil mengular sejauh mata memandang.

Dafa mulai bosan dan kembali sibuk dengan ponselnya. Hampir dua jam ia bermain game dan menonton video tanpa henti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun