"Mudik bukan sekadar perjalanan pulang. Ini juga perjalanan untuk belajar dan menjadi manusia yang lebih baik."
Prolog
Ramadan hampir usai, dan momen yang paling dinanti oleh jutaan orang di Indonesia pun tiba: mudik. Bagi keluarga kecil ini---Ayah, Ibu, dan Dafa---mudik bukan sekadar perjalanan pulang, tetapi juga perjalanan penuh pelajaran.
Tahun ini, mereka kembali ke kampung halaman dengan mobil pribadi. Namun, sebelum berangkat, ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Dan dalam perjalanan, banyak pula hal yang akan mereka temui.
Santai Tapi Selamat: Kunci Mudik Aman
Suasana rumah pagi itu sibuk. Ayah sedang mengecek tekanan ban mobil, oli, dan air radiator. Ibu memastikan semua barang bawaan sudah tertata rapi.
Sementara itu, Dafa, anak semata wayang mereka yang baru berusia 10 tahun, mondar-mandir dengan wajah gelisah.
"Ayah, ayo buruan! Nanti keburu macet!" Dafa berseru sambil melompat-lompat di dekat mobil.
Ayah hanya tersenyum sambil tetap memeriksa kendaraan. "Tenang, Nak. Kita nggak perlu buru-buru. Keselamatan lebih penting daripada cepat sampai."
"Iya, Dafa," tambah Ibu, "Jalanan pasti ramai. Kalau kita terburu-buru, justru bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain."
Dafa mendengus pelan, tapi akhirnya memilih duduk di kursi belakang sambil memainkan ponselnya. Tak lama kemudian, mereka pun berangkat.
Hemat Energi, Kurangi Jejak Karbon: Perjalanan Ramah Lingkungan
Setelah beberapa jam perjalanan, matahari mulai terik. Kemacetan panjang tak terhindarkan. Mobil-mobil mengular sejauh mata memandang.
Dafa mulai bosan dan kembali sibuk dengan ponselnya. Hampir dua jam ia bermain game dan menonton video tanpa henti.