Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wisma Indarung Legenda yang Terlupakan

13 Januari 2016   09:42 Diperbarui: 13 Januari 2016   10:09 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PT Semen Padang didirikan tanggal 18 Maret 1910, atau kurang dari 2 tahun sejak berdirinya perkumpulan pemuda Boedi Oetomo yang merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Maka PT Semen Padang adalah industri pertama di Indonesia yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda. Usia yang sudah 105 tahun di tahun 2015 tentu dapat dibayangkan sudah berapa besar kontribusi PT Semen Padang dalam perekonomian Sumatera Barat secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi ini termasuk didalamnya adalah dibangunnya Wisma Indarung yang tentu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan, tetapi juga dengan pembangunan Sumatera Barat secara luas. Wajah dan kenyamanan Sumatera Barat tentu akan terefleksi di Wisma Indarung. Semakin nyaman di Wisma Indarung maka akan semakin banyak waktu dan pikiran para pemimpin Indonesia yang dapat dicurahkan dalam membangun Sumatera Barat.

Belanda membangun industri semen di Sumatera Barat, ternyata sudah melalui pertimbangan yang sangat matang. Memang potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan hampir merata di seluruh Indonesia. Data yang pasti mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara umum jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton (Tushadi Madiadipoera, Direktorat Sumber Daya mineral, 1990) dengan perincian 61,376 juta ton sebagai cadangan terunjuk (probable) dan 28,616 juta ton sebagai cadangan terka (Possible).

Sebagian besar cadangan batu kapur berada di Sumatra Barat dengan kisaran cadangan sekitar 23,23 milyar ton atau hampir 81,02 % dari cadangan keseluruhan di Indonesia. Jadi pembangunan pabrik semen pertama kali di Indonesia di Sumatera Barat adalah sudah memiliki pertimbangan yang sangat besar, diperkirakan batu kapur tersebut mampu mendukung kebutuhan industri semen sampai ribuan tahun.

Perkembangan Kota Padang dapat dikatakan luar biasa dan saat ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) sudah mencapai kisaran Rp 1,4 triliun. Saat ini kontribusi PT Semen Padang ke PAD pada kisaran Rp 50 miliar dan jika dibandingkan terhadap total PAD Kota Padang kelihatan kecil. Namun, tentunya harus dilihat 100 tahun lalu, saat belum ada industri di Kota Padang yang bisa saja PAD Kota Padang saat itu 100% berasal dari PT semen Padang. Keberadaan industri besar akan mendorong tumbuhnya industri penunjang dan maraknya pembangunan sehingga muncul pula industri-industri lain seiring peningkatan daya beli masyarakat di Sumatera Barat. Nature perubahan industri yang diawali dari industri dasar, industri manufaktur dan sekarang adalah industri digital, maka dalam konteks modern saat ini maka perusahaan kelas dunia yang menguasi ekonomi dan sangat terkenal adalah industri yang bergerak di bidang ICT dan Digital, sebut nama Google, Microsoft, Apple, Samsung dan lainnya.

 

Wisata Heritage Industri, Gerakan Ekonomi dan Tumbuhnya Patriotisme

Presiden Soekarno telah mengingatkan untuk jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Bahwa bangsa yang besar dibangun dari perjuangan dan pengorbanan para pendahulu. Mengapa pelajaran sejarah sebenarnya sangat penting untuk menumbuhkan kembali semangat juang dan patriotisme generasi mendatang ditengah terjangan globalisasi dan hedonisme di era konsumerisme saat ini.

Wisata di Sumatera Barat sangat elok sebagai daerah yang banyak dikaruniai kekayaan alam oleh Sang Pencipta. Wisata jam gadang, ngarai sihannok dan lainnya adalah contoh kekayaan alam yang dapat dieksplorasi. Lomba tahunan sepeda dalam acara “Tour De Singkarang” dan lainnya turut menciptakan wisata baru. Berbagai kegiatan wisata tersebut pada dasarnya adalah berbasis pada karunia Tuhan atas keelokan alam Sumatera Barat.

Ditengah kegiatan revitalisasi mesin industri ataupun sudah tutupnya banyak industri yang tidak efisien, sebut nama industri soda waru dan lainnya yang dibangun dijaman Soeharto. Justru di ada mesin yang dibangun sejak tahun 1910 yang masih beroperasi saat pendirian pabrik Semen Padang, yaitu : cement mill maupun PLTA yang menjadi salah satu sumber listrik di Semen Padang. Bagaimana sebuah pengetahuan digunakan agar mesin yang berusia lebih dari 100 tahun masih dapat berfungsi, ini tentu menunjukkan kehandalan SDM di Semen Padang dalam mengelola mesin-mesin industri.

Pabrik semen tentunya membutuhkan tanah liat dan kapur sebagai bahan baku. Tentu menarik melihat kondisi eks tambang tanah liat yang sudah digunakan lebih dari 100 tahun atau artinya sebagian sudah tutup. Apakah kondisinya “berlobang-lobang” seperti kondisi tambang timah ilegal ataupun tambang batubara yang foto-fotonya marak di internet. Gambar dibawah ini tentu menjadi menarik, karena bekas tambang tanah liat menjadi sarana olah raga lapangan golf, dan lapangan golf ini adalah yang pertama di Padang. Saat ini lapangan golf bekas tambang tanah liat adalah yang terbesar di Sumatera Barat karena memiliki 18 hole.

Masihkan kita yakin akan kekuatan produk Indonesia ditengah gempuran perusahaan asing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ditengah banjirnya produk-produk impor yang dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan produk dalam negeri, apakah memang semua produk dalam negeri kalah kualitasnya?. Dalam konteks ini, maka yang tepat adalah melihat sejarah perusahaan-perusahaan yang berusia tua (dengan kata lain didirikan sangat lama) masih beroperasi dan kompetitif. Apakah produk yang digunakan puluhan tahun lalu masih ada, sebagai bukti kualitas dan kekuatan produk tersebut. Gambar dibawah ini dapat menunjukkan begitu kuatnya produk Semen Padang. Bangunan Museum Bank Indonesia di Padang dibangun tahun 1025 dengan Semen Padang, yang dalam bencana gempa 2005 yang lalu tidak mengalami kerusakan. Jadi masih ragukah kita dengan produk dalam negeri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun