Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wisma Indarung Legenda yang Terlupakan

13 Januari 2016   09:42 Diperbarui: 13 Januari 2016   10:09 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi masyarakat luar Kota Padang, nama Wisma Indarung mungkin banyak yang tidak tahu. Bicara masyarakat Minang, tentu banyak dikupas oleh Media maupun pemberitaan lainnya seperti Jam Gadang sebagai peninggalan bangunan sejarah, ataupun yang terbaru adalah Jembatan Kelok 9 yang mampu meningkatkan mobilitas dari dan ke Sumatera Barat oleh masyarakat provinsi lain.

Bicara Kota Padang, tentu juga di era modern masyarakat akan teringat dengan klub sepak bola Semen Padang FC. Klub sepak bola yang tidak pernah terdegradasi dan selalu masuk papan atas. Bahkan jika googling sekalipun maka pencarian Semen Padang akan didominasi klub sepak bola yang berjuluk kerbau sirah. Jumlah Semen Padang Fans Club di kota Padang saja yang mencapai sekitar 7.000 tentu akan membantu menaikkan viral effect di berbagai situs pencarian.

 

Wisma Indarung Saksi Bisu Pembangunan di Padang

Padang sebagai salah satu pusat sejarah di Indonesia geliat pembangunan secara modern dimulai masif sejak berakhirnya pemberontakan PRRI/Permesta yang selesai di sekitar tahun 1962. Sumatera Barat yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam termasuk waktu itu adalah tambang batubara dengan pelabuhan teluk bayur yang terkenal, semakin kuat potensinya karena di Padang letak satu-satunya pabrik Semen di Sumatera dimasa itu. Bahkan belum banyak yang tahu bahwa di Padang pula dibangun pabrik Semen Tertua di Indonesia yang bahkan lebih tua dibandingkan slogan produk jamu yang terkenal “Jamu Jago berdiri sejak 1918”. Jadi tidak berlebihan jika, industri manufaktur di Indonesia dibangun pertama kalinya di Padang Sumatera Barat.

Salah satu indikator sejarah dapat dilihat dari hotel yang menunjukkan geliat pembangunan di suatu daerah akan ditunjang dengan akomodasi sebagai bagian dari industri penunjang. Di Kota Padang, dari berbagai referensi, hotel paling tua yang berdiri adalah Hotel Hang Tuah https://www.tripadvisor.co.id/ShowUserReviews-g297726-d1443108-r283042635-Hotel_Hang_Tuah-Padang_West_Sumatra_Sumatra.html . Berdasarkan situs dari hotel tersebut yang dibangun di tahun 1978 http://www.hotelhangtuah.com/v1/?show=main&cid=3, maka dapat dikatakan bahwa Wisma Indarung akan menjadi penginapan yang menjadi “incaran” para pemimpin Indonesia yang berkunjung di Padang. Artinya adalah rangkaian cerita kebijakan pembangunan dan lainnya akan memiliki benang merah dengan keberadaan dari Wisma Indarung.

Wisma Indarung sendiri mulai dibangun tahun 1966, sesuai papan prasasti yang menjelaskan peletakan batu pertama. Konon, ceritanya Wisma Indarung diresmikan oleh Presiden Soeharto namun sayangnya tidak ada dokumentasi pendukung dari cerita tersebut.

Keberadaan Wisma Indarung sebagai penginapan satu-satunya saat itu, tentu memiliki peran besar juga bagi pembangunan di Sumatera Barat secara umum dan Padang secara khusus. Keberadaan penginapan ini tentu akan mempermudah tugas dari pemimpin Indonesia yang dengan keterbatasan transportasi dari Jakarta-Padang, maka masa tinggal yang lama akan membantu untuk menuntaskan pekerjaan selama di Padang.

Para pemimpin Indonesia sangat menyukai Wisma Indarung, tentunya lokasi yang sangat baik diketinggian sehingga bisa melihat Kota Padang di malam hari yang indah. Tercatat mantan Presiden SBY sampai 4 kali mengingap di Wisma Indarung, setiap kunjungan ke Sumatera Barat pasti akan menginap di Wisma Indarung. Wapres Jusuf Kalla, mantan Wapres Boediono, Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Perindustrian Saleh Husin dan lainnya.

Semen Padang Driver Ekonomi di Sumatera Barat

Berbicara tentang Wisma Indarung, tentu tidak bisa dilepaskan dari kontribusi PT Semen Padang. Sebagai satu-satunya industri di Sumatera Barat saat itu, serta satu-satunya industri semen di Sumatera saat itu, maka dapat dikatakan bahwa PT Semen Padang merupakan lokomotif pembangunan ekonomi di Sumatera. Pasca perang kemerdekaan dan gejolak daerah PRRI/Permesta, maka menggenjot pembangunan tentu harus dimulai dari kebutuhan dasar. Pembangunan di era Pemerintahan Soeharto yang menitik-beratkan pada kecukupan sandang, pangan dan papan.

PT Semen Padang didirikan tanggal 18 Maret 1910, atau kurang dari 2 tahun sejak berdirinya perkumpulan pemuda Boedi Oetomo yang merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia. Maka PT Semen Padang adalah industri pertama di Indonesia yang dibangun sejak jaman penjajahan Belanda. Usia yang sudah 105 tahun di tahun 2015 tentu dapat dibayangkan sudah berapa besar kontribusi PT Semen Padang dalam perekonomian Sumatera Barat secara langsung maupun tidak langsung. Kontribusi ini termasuk didalamnya adalah dibangunnya Wisma Indarung yang tentu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan, tetapi juga dengan pembangunan Sumatera Barat secara luas. Wajah dan kenyamanan Sumatera Barat tentu akan terefleksi di Wisma Indarung. Semakin nyaman di Wisma Indarung maka akan semakin banyak waktu dan pikiran para pemimpin Indonesia yang dapat dicurahkan dalam membangun Sumatera Barat.

Belanda membangun industri semen di Sumatera Barat, ternyata sudah melalui pertimbangan yang sangat matang. Memang potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan hampir merata di seluruh Indonesia. Data yang pasti mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara umum jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton (Tushadi Madiadipoera, Direktorat Sumber Daya mineral, 1990) dengan perincian 61,376 juta ton sebagai cadangan terunjuk (probable) dan 28,616 juta ton sebagai cadangan terka (Possible).

Sebagian besar cadangan batu kapur berada di Sumatra Barat dengan kisaran cadangan sekitar 23,23 milyar ton atau hampir 81,02 % dari cadangan keseluruhan di Indonesia. Jadi pembangunan pabrik semen pertama kali di Indonesia di Sumatera Barat adalah sudah memiliki pertimbangan yang sangat besar, diperkirakan batu kapur tersebut mampu mendukung kebutuhan industri semen sampai ribuan tahun.

Perkembangan Kota Padang dapat dikatakan luar biasa dan saat ini Pendapatan Asli Daerah (PAD) sudah mencapai kisaran Rp 1,4 triliun. Saat ini kontribusi PT Semen Padang ke PAD pada kisaran Rp 50 miliar dan jika dibandingkan terhadap total PAD Kota Padang kelihatan kecil. Namun, tentunya harus dilihat 100 tahun lalu, saat belum ada industri di Kota Padang yang bisa saja PAD Kota Padang saat itu 100% berasal dari PT semen Padang. Keberadaan industri besar akan mendorong tumbuhnya industri penunjang dan maraknya pembangunan sehingga muncul pula industri-industri lain seiring peningkatan daya beli masyarakat di Sumatera Barat. Nature perubahan industri yang diawali dari industri dasar, industri manufaktur dan sekarang adalah industri digital, maka dalam konteks modern saat ini maka perusahaan kelas dunia yang menguasi ekonomi dan sangat terkenal adalah industri yang bergerak di bidang ICT dan Digital, sebut nama Google, Microsoft, Apple, Samsung dan lainnya.

 

Wisata Heritage Industri, Gerakan Ekonomi dan Tumbuhnya Patriotisme

Presiden Soekarno telah mengingatkan untuk jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Bahwa bangsa yang besar dibangun dari perjuangan dan pengorbanan para pendahulu. Mengapa pelajaran sejarah sebenarnya sangat penting untuk menumbuhkan kembali semangat juang dan patriotisme generasi mendatang ditengah terjangan globalisasi dan hedonisme di era konsumerisme saat ini.

Wisata di Sumatera Barat sangat elok sebagai daerah yang banyak dikaruniai kekayaan alam oleh Sang Pencipta. Wisata jam gadang, ngarai sihannok dan lainnya adalah contoh kekayaan alam yang dapat dieksplorasi. Lomba tahunan sepeda dalam acara “Tour De Singkarang” dan lainnya turut menciptakan wisata baru. Berbagai kegiatan wisata tersebut pada dasarnya adalah berbasis pada karunia Tuhan atas keelokan alam Sumatera Barat.

Ditengah kegiatan revitalisasi mesin industri ataupun sudah tutupnya banyak industri yang tidak efisien, sebut nama industri soda waru dan lainnya yang dibangun dijaman Soeharto. Justru di ada mesin yang dibangun sejak tahun 1910 yang masih beroperasi saat pendirian pabrik Semen Padang, yaitu : cement mill maupun PLTA yang menjadi salah satu sumber listrik di Semen Padang. Bagaimana sebuah pengetahuan digunakan agar mesin yang berusia lebih dari 100 tahun masih dapat berfungsi, ini tentu menunjukkan kehandalan SDM di Semen Padang dalam mengelola mesin-mesin industri.

Pabrik semen tentunya membutuhkan tanah liat dan kapur sebagai bahan baku. Tentu menarik melihat kondisi eks tambang tanah liat yang sudah digunakan lebih dari 100 tahun atau artinya sebagian sudah tutup. Apakah kondisinya “berlobang-lobang” seperti kondisi tambang timah ilegal ataupun tambang batubara yang foto-fotonya marak di internet. Gambar dibawah ini tentu menjadi menarik, karena bekas tambang tanah liat menjadi sarana olah raga lapangan golf, dan lapangan golf ini adalah yang pertama di Padang. Saat ini lapangan golf bekas tambang tanah liat adalah yang terbesar di Sumatera Barat karena memiliki 18 hole.

Masihkan kita yakin akan kekuatan produk Indonesia ditengah gempuran perusahaan asing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ditengah banjirnya produk-produk impor yang dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan produk dalam negeri, apakah memang semua produk dalam negeri kalah kualitasnya?. Dalam konteks ini, maka yang tepat adalah melihat sejarah perusahaan-perusahaan yang berusia tua (dengan kata lain didirikan sangat lama) masih beroperasi dan kompetitif. Apakah produk yang digunakan puluhan tahun lalu masih ada, sebagai bukti kualitas dan kekuatan produk tersebut. Gambar dibawah ini dapat menunjukkan begitu kuatnya produk Semen Padang. Bangunan Museum Bank Indonesia di Padang dibangun tahun 1025 dengan Semen Padang, yang dalam bencana gempa 2005 yang lalu tidak mengalami kerusakan. Jadi masih ragukah kita dengan produk dalam negeri?

Wisata heritage industri seperti ini akan memberikan dampak yang luas berupa tumbuhnya keyakinan bahwa bangsa Indonesia bisa, artinya produk industri lain juga dapat ditingkatkan kualitasnya seperti produk Semen Padang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun