Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi "Pure Altruism" dalam Puisi Bendera Putih Karya Arief Akbar Bsa

19 Oktober 2021   00:35 Diperbarui: 19 Oktober 2021   00:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Arief Akbar Bsa

Secara irama bila mecoba memasuki ruang frasa, sepertinya tak menyentuh sarkas maupun parodi. Namun tetap saja secara implisit tergolong puisi satire yang menceritakan kepahitan hidup dalam menghadapi tekanan di masa pandemi (pemakaian diksi virus).

Bisa dimengerti aspek dikotomi beratnya beban menghadapi covid 19 membuat seseorang manjadi takut dan khawatir. Pandemi virus corona yang berlangsung sepanjang tahun 2020 ini tak hanya berdampak pada sektor kesehatan.

Dampak pandemi juga terjadi pada sektor ekonomi dunia dan banyak negara, termasuk Indonesia. Indonesia resmi mengalami resesi setelah pertumbuhan minus pada dua kuartal secara berturut-turut.

Dunia usaha mengalami tantangan amat berat. Sekitar setengah dari 3,3 miliar pekerja di dunia menghadapi risiko kekurangan uang dan atau kehilangan pekerjaan dalam berbagai tingkatannya. Sektor ekonomi informal juga terpukul hebat. 

Jutaan petani di dunia, begitu juga pekerja migran menghadapi situasi ekonomi yang berat dengan berkurang atau bahkan hilangnya penghasilan mereka. 

Tak terkecuali pekerja seni dilevel depan terdampak paling berat dirasa. Cakupannya pada keramaian pengunjung dalam menggerakkan suatu pertunjukan atau pergelaran menjadi lumpuh total.

Kesan kondisi yang di eksplorisasi melalui tekanan ekonomi dan seni menggugah geliat altruistik yang sangat kental dan kuat dalam menuangkan bait dan diksi bergulat serta menyentil gaya altruisme.

Altruisme adalah suatu sifat yang sesungguhnya telah lama hadir dalam diri manusia, terintegrasi secara harmonis dengan nilai-nilai dasar yang membuat seorang individu menjadi manusiawi. 

Sayangnya seiring dengan perkembangan jaman sifat ini menjadi sedikit demi sedikit tergerus oleh dekadensi moral dan gaya hidup yang terlalu liberal sehingga banyak individu yang melupakan kodrat dan posisinya yang tidak signifikan dalam semesta yang luas ini.

Ada pesan moral yang disampaikan lantaran sepanjang tahun para pekerja seni "stag Total tanpa income. Sekalipun ada itupun hanya sekedar alih-alih profesi yang sifatnya temporal saja (jual jasa/calo) mengingat figur seniman adalah kaum idealisme yang cukup sulit keluar dari jalur/sekte seni.

"Manusia butuh makan,, dan tiap hari kita harus makan, tidak bisa libur, yang ada justru mati kalau tak makan,," teriak seniman disalah satu acara televisi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun