Mohon tunggu...
Sastra Kita
Sastra Kita Mohon Tunggu... Penulis - Seputar Seni dan Sastra

Penulis, Sastrawan, Penyair, dan Dramawan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi "Pure Altruism" dalam Puisi Bendera Putih Karya Arief Akbar Bsa

19 Oktober 2021   00:35 Diperbarui: 19 Oktober 2021   00:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Arief Akbar Bsa

SISI ~PURE ALTRUISM~
DALAM PUISI
BENDERA PUTIH
KARYA ARIEF AKBAR BSA

Ada yang menarik saat membaca dan mengamati sebuah puisi yang berjudul BENDERA PUTIH karya Arief akbar Bsa di halaman "Misteri Mati - Dalam Kumpulan Puisi & Ungkapan".

BENDERA PUTIH

dengan sedikit lunglai
raga ini mencoba untuk tegar
pandang mata mulai memudar
nafas tersengal memacu detak jantung
agar tetap berdiri disisa daya yang habis terbuang,
menarik nafas dalam dalam
seraya memejamkan mata
sesak dada terasa hati luruh layu
rasa lelah teramat sangat membebani tubuh ini
dengan segala derita
nestapa berkepanjangan
terpukul tanpa henti disemua penjuru
meluluh lantakkan isi kepala dan jeritan jiwa
tanpa tersisa
dan tanpa belas kasih sedikitpun

hari ini,
dalam hitungan detik yang tersayat
mencoba tersenyum pahit
atas semua keindahan cahaya
untaian bola-bola kristal yang menggantung di cakrawala
memberikan kebersamaan,
mengusap air mata,
membuang dahaga,
dan membuka tirai atas keindahan negeri ini,
ya, indah nya negeri dari bangsaku
yang kaya akan sumber daya alam
namun kini tak kuasa lagi untuk memeluknya,
pandemi ini sungguh mematikan
membuat bangsaku tercabik-cabik,
ribuan sudah yang terkapar,
tak terhingga berkalang tanah
serta jutaan mata yang tertutup,
dari daya upaya mencari logistik

menatap ibu pertiwi ulurkan tangan,
maka lihatlah,
penuh cinta berlinang air mata,
ada rasa bangga disana duhai pertiwi,
sungguh kebanggaan sebagai anak negeri,
namun, beratnya beban ini
tangan kokohmu tersekat
terikat dalam keterbatasan
aku tahu dan kami pun tahu,
maka terima kasih,
tulus terucap untukmu duhai ibu pertiw
i

ketika bayangmu menjauh
meraih ulur tangan menengadah
menyeka keringat jiwa-jiwa bertebaran jauh disana
menolehkan wajah
ke kanan dan ke kiri,
tetaplah sama
seperti raga ini yg menanti kehancuran
meraka-mereka tak kuasa apapun dengan beban sama dipikul

demi langit dan bumi,
saksikanlah atas nama sisa keringat di lembayung senja,
sebelum tiba gelapnya malam,

bersama dengan sang ratu
yang membawa tujuh lentera,
terbujur tak berdaya
dari cengkraman cakar isolasi mandiri
yang dipenuhi dengan sayatan luka,
seratus empat puluh dua juta
kami terpaksa melangkah
untuk menancapkan bambu yang terikat bendera putih
di bumi nusantara yang merdeka,

================================
Secara tematik antara judul dan isi tersirat suatu curahan kegelisahan yang sangat mendalam dengan mempermainkan diksi penajaman makna yang cenderung "satire".

Satire adalah gaya bahasa untuk menyatakan sindiran terhadap suatu keadaan atau merujuk kepada seseorang. Dan satire biasanya disampaikan dalam bentuk ironi, sarkasme, atau parodi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun