Mohon tunggu...
Aridho Mahsyur purnomo
Aridho Mahsyur purnomo Mohon Tunggu... Mahasiswa universitas Lambung Mangkurat

Agriculture

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Petani karet di pelosok.

3 Juni 2025   09:18 Diperbarui: 3 Juni 2025   09:18 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

---

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan berbincang dengan Bapak Mardinson, seorang petani karet yang tinggal jauh dari jangkauan bantuan dan perhatian pemerintah. Dengan lahan seluas 1 hektar, beliau mengurus seluruh kebun karet seorang diri --- dari menyiangi, menyadap, hingga mengangkut hasil sadapan. Akses menuju kebunnya sulit, dan bantuan dari pemerintah pun tak pernah datang.

Saya bertanya,

> "Apakah pernah ada PPL (penyuluh pertanian lapangan) datang memberi bimbingan atau pelatihan, Pak?"

Beliau menjawab tenang,

> "Sejauh ini, belum pernah ada yang datang ke sini. Tidak pernah ada penyuluhan apa pun."

Saya terdiam. Dugaan saya benar. Di wilayah pelosok seperti ini, petani dibiarkan berjuang sendiri.

---

Lebih mengejutkan lagi, beliau tak pernah menggunakan pestisida atau pupuk. Bukan karena tidak mau, tapi karena akses yang sulit dan harga yang mahal.

> "Saya hanya mengandalkan kebersihan kebun dan berharap pada alam," katanya.

Jika musim hujan tiba, hasil panen bisa turun hingga 50%. Tanpa bantuan teknologi, pupuk, atau perlindungan tanaman, produktivitas karet hanya ditentukan oleh nasib dan cuaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun