Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktek Menulis Puisi Karya Sendiri

11 Januari 2023   22:41 Diperbarui: 12 Januari 2023   16:42 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Freepik/user21856044 via popmama.com

Halo teman-teman Kompasianer dan rekan pembaca. Sudah membaca kisah saya bersama murid di kelas? Kalau belum, bileh dibaca dulu artikel saya berjudul Menulis Puisi, Menolong Anak Mengembangkan Imajinasi.

Anak-anak mempunyai imajinasi yang tinggi. Tak hanya itu, daya hayal mereka juga sangat luas. Anda tidak akan menyangka jika mendengarkannya. Memberi anak-anak kesempatan bercerita akan memberi ruang bagi mereka mengekspresikan daya imajinasinya.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Seperti hari ini di kelas. Saya memberi banyak contoh membuat puisi berdasarkan imajinasi saya. Misalnya imajinasi tentang bunga matahari. Saya mengekspresikan melalui karya puisi apa itu bunga matahari dan bagaimana ciri-cirinya yang memberi keindahan. Setiap mata yang melihatnya menjadi terpana.

Bukan hanya itu, saat mengamati bunga matahari dalam imajinasi, saya mengaitkannya dengan biji bunga matahari yang bisa dijadikan Kuaci. Makanan kesukaan anak-anak. Saya beberapa kali melihat mereka membelinya di kantin. Tentu saja pada bagian ini mereka langsung merespon, "Aku suka makan kuaci, Ms." dan lain sebagainya.

Iya puisi juga perlu menyentuh dunia pembaca, tidak melulu mengenai dunia penulisnya saja bukan? Ini menurut pendapat saya.

Setelah beberapa contoh puisi saya berikan, tentu saja karya puisi spontanitas saya di kelas.  Saya memberikan tugas sederhana pada mereka. Menuliskan puisi mereka sendiri.

Sebelumnya saya juga mengajak anak-anak ke perpustakaan sekolah untuk mengenal Kamus Besar Bahasa Indonesia yang tebal bukunya. Saya meminta anak-anak mencari definisi beberapa kata yang menarik buat mereka. Lalu mereka mencari maknanya di KBBI tersebut. Tentu saja dengan pengaeasan saya.

Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Dokpri tangkap layar akun Kompasiana Ari Budiyanti
Apa kaitannya dengan menulis puisi? Setiap kosakata menarik yang mereka cari artinya di KBBI bisa menjadi sumber ide penulisan puisi mereka sendiri.

Lalu anak-anak mulai mencoba merangkai kata menjadi bait-bait puisi. Minimal 8 baris puisi. Begitu tugas yabg saya berikan. Mengacu pada buku panduan, anak-anak menghitung jumlah latik puisi, ada 12 larik atau baris. Saya sudah menguranginya menjadi puisi minimal 8 baris. Waktu yang saya berikan 30 menit.

Dalam waktu 30 menit sebenarnya saya secara pribadi bisa saja membuat 6 puisi jika penulisan 1 puisi dibuat rata masing-masing 5 menit. Tapi untuk anak-anak 30 menit 1 puisi. Saya ingin tahu, apakah mereka bisa memanfaatkan waktu 30 menit sebaik mungkin?

Ada seorang anak yang menyelesaikan puisinya dalam 15 menit. Dia segera menghampiri saya dan mengumpulkan puisinya. Menarik. Dia bisa membuat puusi sekitar 12 baris. Lebih dari ketentuan dari saya minimal 8 baris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun