Mohon tunggu...
Ari Budiyanti
Ari Budiyanti Mohon Tunggu... Guru - Lehrerin

Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Setelah Masker Menjadi Tren 2020, Akankah Face Shield Menjadi Tren 2021?

6 Januari 2021   06:00 Diperbarui: 6 Januari 2021   06:05 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: N95 Medical Supplies via rollingstone.com

 Tebak-tebakan tren 2021? Ini berat. Mungkin lebih berat dari menahan rindu. Masa iya? Iya, buat saya yang tidak terlalu mengikuti perkembangan fesyen. Apalagi kala pandemi begini. Tapi tidak apa ya kalau main tebak-tebakan tren 2021. Siapa tahu bener. Namanya juga tebakan. 

Prediksi Tren 2021 ala Ari Budiyanti adalah face shield. Ada alasan khusus mengapa saya pilih ini. Beberapa waktu lalu saya semoat melihat televisi. Ada acara live music dan sedikit talk show. Dalam acara tersebut, adik saya menunjukkan sorang selebritis yang menggunakan face shield dengan model unik.

Pada umumnya face shield atau pelindung wajah dikenakan menutup bagian dahi ke bawah hingga dagu. Setidaknya setengah dahi ke bawah. Namun satu   face shield  yang saya lihat berbeda dan unik. Pelindung wajah menutupi bagian sejajar dengan alis mata ke bawah. 

Uniknya lagi, ada bagian yang menggembung di bagian depan wajah. Jadi tidak seperti face shield pada umumnya yang cenderung datar dan rata. Mungkin nantinya akan muncul aneka face shield dengan model baru. Why not?

Mengaca dari pengalaman tahun lalu, tahun 2020 ketika pandemi mulai merambah Indonesia. Ingatkah Anda akan masker yang langka? Susah sekali mencari masker di pertokoan. Semua menjadi seperti ditelan bumi. Saya sempat ikut kalut dan hampir saja membeli masker yang dijual dengan harga mahal.

Sampai akhirnya ada yang memperkenalkan masker kain. Kakak ipar saya juga ikut menjual masker kain. Saya sempat membeli beberapa untuk persediaan. Maskernya masih tergolong sedrhana tapi nyaman digunakan. 

Selanjutnya saya melihat aneka masker kain karya EMPU dari facebook mbak Leya Cattleya. Jujur saya suka sekali dengan design, corak, warna dan jenis kain yang digunakan untuk membuat masker.

Dokprl. Koleksi masker kain milik penulis karya Empu
Dokprl. Koleksi masker kain milik penulis karya Empu
Masker kain yang saya punya memang cukup banyak. Maksudnya sekalian untuk ikuti fesyen terbaru tahun lalu. Apalagi tahun lalu masih ada kebijakan kerja dari kantor meski bergabtian dan terjadwal.
Dokpri 2020
Dokpri 2020
Pada waktu saya mengenakan baju biru, saya akan mengenakan masker warna biru. Masker kain ini juga menggunakan pewarna alam dengan indigofera pada teknik shibori. 

Dokpri 2020
Dokpri 2020
Ada kalanya saya mengenakan baju batik merah, maka saya akan mengenakan masker wajah yang senada.
Masker Batik. Dokpri2020
Masker Batik. Dokpri2020
Namun kadang saya juga memadukan batik merah dengan masker batik lainnya. Pada foto di atas, masker batik juga menggunakan pewarna alam dengan bahan pewarna mangrove waste.

Keren ya. Data-data mengenai bahan alam dan tekhnik pembuatan masker saya dapatkan dari mbak Leya Cattleya. Salah satu Kompasianer panutan saya dan juga sahabat saya.

Foto-foto di atas adalah beberapa koleksi foto saya saat masih ada kesempatan bekerja dari kantor atau sekolah. Sekarang kebijakan di kota tempat saya tinggal harus full work from home atau kerja dari rumah sepenuhnya. 

Masker-masker wajah tersebut masih berfungsi dan selalu saya gunakan. Bahkan ketika ada keperluan mendesak bepergian naik mobil pribadi milik kakak, masker masih pun bisa tetap digunakan.

Dokpri 2021
Dokpri 2021
Masker di atas dibuat dengan cara eco print menggunakan daun jati. Sistem eco print pounding (dipukul dengan palu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun